Jakarta (Antaranews Jogja) - Kampanye hitam yang dilakukan sejumlah LSM terhadap industri sawit dinilai merupakan bagian dari persaingan dagang di pasar global dan upaya sistematis yang berpotensi mengganggu aktivitas ekspor di sektor perkebunan nasional.
"Memang itu semua (kampanye) target mereka. Ujungnya kepada persaingan bisnis. Ada kepentingan di balik itu semua," kata Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian, Bambang, dalam rilis yang diterima di Jakarta, Rabu.
Menurut Bambang, kampanye ini jelas mengganggu eksistensi Indonesia di pasar global, mengingat ekspor produk perkebunan terus meningkat sepanjang dua tahun terakhir.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, ekspor komoditas perkebunan tumbuh 26,5 persen menjadi Rp432,4 triliun pada 2017. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan ekspor tahun 2016 sebesar Rp341,7 triliun.
Dari keseluruhan komoditas perkebunan, kontribusi sawit terhadap ekspor perkebunan terbilang tinggi, ada pertumbuhan 25,8 persen dari Rp241,9 triliun menjadi Rp307,4 triliun pada 2017. "Kampanye LSM ini merupakan bagian dari genderang, yang sengaja mereka ciptakan. Jelas kampanye ini mengganggu eksistensi ekspor," ucapnya.
Hal ini untuk menanggapi kampanye Greenpeace dan Boomerang melalui tindakan menduduki kapal penyuplai sawit dan tanki sawit salah satu kelompok usaha sawit di Bitung, Sumatera Utara. Dalam kampanye ini, produsen sawit dituduh menghasilkan minyak "sawit kotor" karena dituding menghancurkan hutan di Kalimantan dan Papua.
Bambang menyayangkan aksi ini karena selama ini pemerintah sudah melalukan perbaikan tata kelola kebun seperti pengumpulan data kebun, mewajibkan pembangunan plasma, kewajiban sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) kepada perusahaan, dan sistem perizinan usaha kebun.
Terkait permintaan kebertelusuran, dikatakan Bambang, persoalan sawit rakyat di kawasan hutan masih tinggi. "Kalau kebertelusuran tetap dijalankan, bisa rawan gesekan sosial di masyarakat. Jadi, jangan asal bicara juga," paparnya.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perusahaan Inti Rakyat (Aspekpir) Indonesia, Setiyono, menuturkan, jika ada LSM yang ingin mematikan komoditas kelapa sawit, itu sama saja mematikan petani kelapa sawit.
Bukan hanya itu, ujar Setiyono, jika komoditas kelapa sawit di Indonesia mati, maka ada jutaan petani dan pekerja baik di on-farm ataupun off-farm yang juga akan mati.
"Sebab jika komoditas kelapa sawit mati mungkin perusahaan akan dengan mudah menggantikan bisnisnya dengan bisnis yang lain," ujarnya.
Setiyono mengatakan bila sebuah LSM telah menuduh bahwa komoditas kelapa sawit tidak keberlanjutan, maka yang terkena dampaknya bukan hanya perusahaan atau industrinya, tapi petaninya pun terkena dampaknya.
Oleh karena itu, dia menegaskan jangan pernah ada niatan untuk membunuh komoditas kelapa sawit di Indonesia, karena bisa memukul ke semua sektor, termasuk dapat menurunkan devisa negara.
Berita Lainnya
Kementan buka 3.000 beasiswa menciptakan SDM unggul kelapa sawit
Minggu, 14 April 2024 17:48 Wib
Harga CPO melonjak dipengaruhi minyak nabati China dan AS
Sabtu, 30 Maret 2024 7:38 Wib
Menko Perekonomian: Hilirisasi sawit RI dilanjutkan
Jumat, 29 Maret 2024 4:12 Wib
Indonesia cari pasar alternatif sawit
Jumat, 29 Maret 2024 0:26 Wib
54 persen pasar sawit dunia dikuasai Indonesia
Kamis, 28 Maret 2024 18:19 Wib
Parlemen RI-Eropa jembatani masalah kelapa sawit
Senin, 18 Maret 2024 19:57 Wib
Tim M2ReG bikin bioreaktor membran pengolahan limbah sawit
Senin, 18 Maret 2024 4:47 Wib
Minyak sawit, ungkap BRIN, paling memungkinkan diolah jadi energi
Minggu, 3 Maret 2024 5:29 Wib