Efek rujukan berjenjang, pendapatan RSUD Sleman merosot akibat pasien sepi

id Rsud sleman

Efek rujukan berjenjang, pendapatan RSUD Sleman merosot akibat pasien sepi

Ilustrasi RSUD Sleman D.I.Yogyakarta (Foto ANTARA)


Sleman (Antaranews Jogja) - Pendapatan Badan Usaha Milik Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengalami penurunan akibat jumlah pengunjung turun setelah BPJS Kesehatan menerapkan sistem berjenjang.
     
"Penurunan kunjungan bukan hanya terjadi di RSUD Sleman saja, tetapi juga terjadi di seluruh rumah sakit kelas B di seluruh Indonesia. Memang dampak dari sistem rujukan berjenjang ini ada di pendapatan, sebab kunjungan semakin berkurang," kata Plt Dirut RSUD Sleman Joko Hastaryo di Sleman, Jumat.
     
Menurut dia, dalam sistem rujukan berjenjang, pasien harus melalui berbagai tahapan. Pertama dari fasilitas kesehatan tingkat 1 (PPK 1) dimana itu adalah puskesmas dan dokter keluarga.
     
"Dari situ, baru bisa dirujuk ke rumah sakit kelas D. Jika rumah sakit kelas D tidak bisa menangani baru dirujuk ke kelas di atasnya dan begitu seterusnya. Jadi prosesnya panjang," katanya.
   
Ia mengatan, dengan proses rujukan yang begitu panjang ini yang dikhawatirkan adalah keadaan pasien, karena dalam menangani pasien harus cepat agar meminimalisir risiko.
     
"Pasien bukan robot yang bisa disetel ke sana ke mari, pasien pasti inginnya segera mendapatkan penanganan untuk sakit yang dikeluhkannya," katanya.
     
Joko mengatakan, menanggapi rendahnya kunjungan dan turunnya pendapatan RSUD Sleman ini maka terpaksa melakukan efisiensi.
     
"Caranya dengan menghemat listrik, mengurangi biaya makan petugas dan belanja obat," katanya.
     
Ia mengatakan, namun penurunan pendapatan tersebut tidak akan mengurangi kualitas standar pelayanan pasien di RSUD Sleman.
     
"Kami tetap memprioritaskan pelayanan prima terhadap pasien sesuai dengan standar yang ada," katanya.
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024