Jakarta (Antaranews Jogja) - Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Zainut Tauhid Saadi mengatakan pernyataan Amien Rais soal Kapolri Tito Karnavian dapat memicu kegaduhan politik.
"Menuntut seorang pejabat negara agar dicopot dari jabatannya dengan alasan tidak jujur, korupsi dan tidak layak tanpa didukung oleh alat bukti yang cukup, bukan saja akan menimbulkan kegaduhan, tetapi juga syak wasangka dan suasana saling curiga," kata Zainut di Jakarta, Jumat.
Dia mengatakan pernyataan Amien bisa menjadi bentuk pendidikan politik yang sangat buruk kepada masyarakat. Alasannya, masyarakat akan meniru melakukan sesuatu seperti apa yang dilakukan oleh para tokoh idolanya.
Zainut khawatir jika Amien Rais tidak bisa membuktikan tuduhannya. Jika begitu, Tito dapat menuntut balik Amien karena diduga melakukan tindak pidana pencemaran nama baik dan perbuatan menyerang kehormatan.
"Jika hal itu terjadi maka bisa dibayangkan betapa gaduhnya situasi dan kondisi kehidupan bangsa kita," kata dia.
Dia mengimbau tokoh dan elit politik untuk membangun budaya politik dan demokrasi yang santun dilandasi nilai-nilai luhur, akhlakul karimah dan berkeadaban. Penting juga untuk berperilaku proporsional dan tidak berlebihan, baik dalam menyampaikan pendapat maupun kritik sehingga tidak menimbulkan polemik dan kegaduhan.
Menurut dia, kebebasan berekspresi dan berpendapat sebagaimana menyampaikan kritik adalah hak asasi setiap orang yang dilindungi oleh konstitusi. Namun dalam pelaksanaannya harus tetap mengindahkan nilai-nilai moral, etika dan agama.
Dengan begitu, kata dia, sebesar apapun perbedaan pendapat yang terjadi di ruang publik harus tetap dalam bingkai perbedaan yang sehat, konstruktif dan argumentatif. Kritik yang dibangun harus dengan narasi yang baik, jujur dan elegan, bukan dengan narasi yang sinis, sarkastik dan penuh kebencian sehingga tidak ada pihak yang merasa direndahkan dan dilecehkan.
Dia mengatakan saat ini Indonesia dalam pelaksanaan hajatan nasional bangsa Indonesia, yaitu pemilu, baik Pileg maupun Pilpres. Pesta demokrasi itu seharusnya berjalan dengan damai, rukun dan penuh persaudaraan, jangan berubah menjadi panas, penuh dengan fitnah, hoaks dan ujaran kebencian.
Hal tersebut, lanjut dia, dikhawatirkan dapat menimbulkan friksi dan perpecahan bangsa yang semakin tajam. Untuk itu, dia meminta semua pihak agar dapat menahan diri, mendahulukan kepentingan keselamatan bangsa dari pada hanya sekadar mengejar kepentingan politik kekuasaan.
"Semoga masyarakat Indonesia diselamatkan dari bahaya perpecahan dan menjadi bangsa yang semakin arif dan dewasa dalam menyikapi perbedaan," kata dia.
Berita Lainnya
Sleman tingkatkan kapasitas dan kualitas rais
Rabu, 6 Maret 2024 14:21 Wib
Gus Ipul: PWNU kecewa pernyataan Gus Nadir soal arahan Rais Aam
Rabu, 31 Januari 2024 15:30 Wib
Wakil Rais Aam: Sudah saatnya NU melakukan pembaruan
Senin, 29 Januari 2024 22:04 Wib
Rais Aam PBNU menekankan pentingnya tabayun bagi warga NU
Senin, 29 Januari 2024 16:11 Wib
Pengikut Rais A'am dan ketum bergerak menangkan Prabowo-Gibran
Rabu, 24 Januari 2024 1:00 Wib
PBNU: Donasi dan diplomasi lebih konkret bantu Palestina
Jumat, 24 November 2023 12:07 Wib
TOKE selalu romantis di "Easy & Sway"
Rabu, 28 Juni 2023 7:55 Wib
Rembuk Pemilu 2024, Plt Ketum PPP dan Wakil Rais Aam PBNU
Sabtu, 25 Maret 2023 7:06 Wib