Bantul gelar "mocopat" massal 72 Jam nonstop

id Mocopat massal

Bantul gelar "mocopat" massal  72 Jam nonstop

Mocopat Massal 72 Jam Nonstop di Kabupaten Bantul, DIY (Foto Antara/Hery Sidik)

Bantul (Antaranews Jogja) - Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menggelar 'mocopat'  massal atau menembangkan puisi tradisional Jawa secara bergiliran selama 72 jam tanpa henti atau nonstop. 
     
"Mulai 23 Oktober akan dilaksanakan mocopat 72 jam nonstop dan akan berakhir pada Jumat 26 Oktober, jadi pelaksanaanya selama tiga hari tiga malam," kata Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Bantul Sunarto disela kegiatan di Bantul, Selasa.
     
Mocopat Massal 72 Jam yang diselenggarakan di Bangsal Rumah Dinas Bupati Bantul tersebut diikuti sebanyak 300 peserta dari kalangan pelajar SD, SMP dan SMA, serta paguyuban mocopat 19 kecamatan dan guru kesenian tingkat SD, SD dan SMA se-Bantul.
     
Menurut dia, mocopat massal di Bantul sebelumnya pernah dilakukan pada 2008, namun waktu itu dilakukan 48 jam nonstop. Tetapi pada 2018 dilaksanakan selama tiga hari dimulai Selasa (23/10) pukul 09.50 WIB hingga Jumat (26/10) pukul 09.50 WIB.
     
"Ini merupakan perbaikan di tahun 2008 Bantul pernah melaksanakan mocopat 48 jam nonstop dan tercatat di rekor MURI, namun tahun ini kami tidak mengundang MURI, namun sepertinya rekor Muri juga pernah dicatat di Solo selama 50 jam," katanya.
     
Namun demikian, kata dia, yang terpenting dari kegiatan ini bukan pada pencatatan rekor MURI, akan tetapi lebih kepada bahwa seni mocopat jangan sampai punah di Bantul, juga tentu di wilayah DIY dan secara luas di Indonesia.
     
"Jadi tiga hari ke depan para pelaku atau pegiat seni dari unsur SD, SMP dan SMA sederajat dan dari komunitas 17 kecamatan berpartisipasi dan dimungkinkan seandainya ada tamu atau warga yang akan menampilkan atau ikut partisipasi dipersilahkan," katanya.
     
Sunarto mengatakan, jadwal penampilan mocopat juga sudah disusun selama 72 jam nonstop, bahkan pada dini hari sekalipun, akan tetapi pada tengah malam hingga dini hari volume suara dikurangi, selain itu pada saat adzan berkumandang juga dipelankan.
   
 "Mudah-mudahan dengan adanya mocopat ini yang 72 jam nonstop ini menambah semangat dari warga masyarakat yang selama ini kurang berminat. Tapi kami optimistis karena beberapa muingu lalu telah dilaksanakan lomba mocopat dari SMP dan SMA," katanya.
     
Pihaknya berharap, melalui kegiatan tersebut mocopat sebagai sebuah seni budaya yang adiluhung yang lahir, tumbuh dan berkembang di Indonesia dan lebih khusus di Jawa ini tetap lestari dan dicintai masyarakat.