BPBD gandeng PDAM distribusikan air bersih

id Droping air

BPBD gandeng PDAM distribusikan air bersih

Ilustrasi droping air bersih (Foto Antara)

Bantul (Antaranews Jogja) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menggandeng Perusahaan Daerah Air Minum dalam mendistribusikan bantuan air bersih ke wilayah yang mengalami kekeringan dampak kemarau. 
     
"Kita untuk membantu pelaksanaan droping air karena armada kita terbatas, terus permintaan warga akan air bersih bertambah sehingga kita harus bagi tugas dengan PDAM," kata pelaksana tugas (plt) Kepala BPBD Bantul Dwi Daryanto di Bantul, Selasa.
       
Pada musim kemarau 2018, menurut dia, sejumlah wilayah di Bantul mengalami kesulitan air karena debit sumber air di daerah tersebut berkurang, beberapa diantaranya berada di wilayah Desa Seloharjo Pundong, Wukirsari Imogiri dan Srimartani Piyungan. 
     
Selain karena keterbatasan armada tangki air yang dimiliki BPBD Bantul, kata dia, pelibatan badan usaha milik daerah (BUMD) sektor penyedia air bersih itu, juga untuk memastikan bahwa kondisi air yang didistribusikan ke wilayah terdampak layak dikonsumsi. 
     
"Yang jelas kalau kita droping air ke wilayah terdampak itu pasti menggunakan air minum konsumsi dari PDAM, supaya aman konsumsi, jadi sumurnya sumur PDAM yang sudah diolah," katanya.
     
Dwi mengatakan, saat ini BPBD Bantul hanya mempunyai dua armada tangki, yang dalam beberapa pekan terakhir terus melakukan droping air bersih, yang mana dalam satu hari satu mobil bisa menjangkau tiga sampai empat lokasi kekeringan. 
     
"Itu karena lokasinya jauh-jauh, sehingga armada kita harus bolak-balik itu yang susah, seperti di Dusun Geger Seloharjo dan Desa Srimartani itu lokasinya jauh, armada kita hanya dua dengan kapasitas lima ribu liter," katanya. 
     
Dwi mengatakan, satu armada dengan kapasitas lima ribu liter itu bisa mencukupi kebutuhan air masyarakat di tiga rukun tetangga (RT), namun ketika sudah didrop ke wilayah kekeringan, masyarakat terkadang kesulitan mengakses bantuan air. 
     
"Yang jelas masalahnya selain cakupan areanya jauh dan sulit medan juga karena masyarakat tidak siap bak penampungan air yang bisa untuk percepat proses itu, sehingga sebagian masyarakat itu mengambil secara ecer (dengan jerigen)," katanya.