Menag ajak berpolitik berlandaskan nilai universal agama

id menag,berpolitik

Menag ajak berpolitik berlandaskan nilai universal agama

Luqman Hakim Syaifuddin (Foto antaranews.com)

Yogyakarta  (Antaranews Jogja) - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengajak para politisi untuk berpolitik dengan mengedepankan landasan nilai-nilai universal yang terkandung dalam ajaran pokok atau esensi agama.
   
"Jadi marilah kita berpolitik dengan mengedepankan esensi agama. Esensi agama itu dari nilai-nilai universalnya, (yakni) menegakkan keadilan, memposisikan manusia pada tempatnya, melindungi dan menghormati hak dasar manusia dan seterusnya," kata Menteri Lukman seusai menjadi pembicara kunci dalam Simposium Internasional Kehidupan Keagamaan (ISRL) 2018 yang berlangsung di Yogyakarta, Rabu.
    
Sebaliknya, Lukman berharap para politisi tidak berpolitik dengan menggunakan aspek formal atau kelembagaan suatu agama untuk meraih kekuasaan karena justru akan memunculkan perpecahan.
    
"Bukan agama dalam arti yang formal. Kalau kita lebih mengedepankan itu (sisi formal agama), jangankan antara agama satu dengan agama lain, bahkan dalam diri satu agama itu sendiri bisa terjadi perbedaan," kata dia.
     
Menurut Menag, dalam bingkai hubungan berbangsa dan bernegara, menurut Menag, masyarakat Indonesia tidak bisa meninggalkan sisi dalam atau esensi dari ajaran agama. Dengan berpegang pada ajaran pokok agama, tidak akan ditemukan perbedaan substansi agama satu dengan agama lainnya sehingga dapat hidup berdampingan.
   
"Melalui esensi dari setiap agama, kita semua akan menemui kesamaan. Kita tidak akan menemui perbedaan-perbedaan ketika agama dilihat dari inti ajarannya," kata dia.
    
Sebaliknya, lanjut Menag, apabila hanya melihat agama dari sisi luar yang beringgungan dengan aspek formal dalam kelembagaan suatu agama saja, maka hanya akan ditemukan perbedaan-perbedaan.
    
"Sebagai masyarakat yang religius, bangsa kita tidak bisa meninggalkan esensi atau ajaran pokok. Kita semua menjalani kehidupan keseharian dengan berpegang teguh, melandaskan diri, dan berorientasi pada nilai-nilai agama yang pokok," kata dia.
      
Sementara itu, Peneliti Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS)  Dicky Sofjan menegaskan bahwa agama tidak boleh digunakan untuk kepentingan politik  meraih kekuasaan.
      
"Jangan sampai agama dimainkan tapi sebaliknya spirit dari ajaran agama itu yang dijalankan," kata Dicky.