Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Ribuan warga dari berbagai daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta berdesak-desakan berebut hasil bumi dan makanan yang disusun dalam bentuk lima pasang gunungan dalam perayaan Grebeg Maulud di Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta, Rabu.
Dalam gelaran "Grebeg Maulud" Tahun Jawa Be 1952 itu, tujuh gunungan yang berisi aneka hasil bumi diarak ratusan bregada dari Siti Hinggil Keraton Yogyakarta.
Sebanyak lima gunungan yang terdiri atas Gunungan Lanang, Gunungan Wadon, Gunungan Darat Gunungan Gepak, dan Gunungan Pawuhan diarak menuju Masjid Gedhe Yogyakarta. Sedangkan dua Gunungan Lanang diserahkan ke Kepatihan dan satu lagi ke Puro Paku Alaman.
Pantauan Antara, warga yang telah menunggu sejak pagi di pelataran Masjid Gedhe Kauman langsung berebut gunungan, meski penghulu Keraton Yogyakarta belum tuntas membacakan do'a.
Tuminah (50), warga asal Wonosari, Gunung Kidul mengaku kesulitan berebut gunungan. Ia takut terinjak-injak saat mendekati gunungan bersama ribuan warga lainnya.
"Tadi saya sampai jatuh, saya tidak berani mendekat karena takut terinjak-injak," kata Tuminah yang mengaku menginap di Majid Gedhe Kauman sejak Selasa (20/11) siang untuk menantikan acara Grebeg Maulud tersebut.
Meski demikian, Tuminah yang datang bersama suaminya mengaku senang karena akhirnya bisa membawa pulang seutas ketan yang ia dapatkan hasil meminta dari warga lain.
"Senang meskipun dari meminta tadi. Akan saya simpan di rumah mudah-mudahan bisa menjadi obat penyakit saya," kata dia.
Adik Raja Keraton Ngayogyakarta, Gusti Bendara Pangerah Harya (GBPH) Yudhaningrat mengatakan acara Grebeg Maulud diselenggarakan Keraton Ngayogyakarta setiap tahun untuk memeringati hari lahir Nabi Muhammad SAW sekaligus sebagai sarana syiar Agama Islam di Yogyakarta.
"Karena dahulu di Jawa masih agama Hindu dan Budha, sehingga perlu suatu arak-arakan dari Keraton Yogyakarra berupa upacara grebeg ini," kata dia.
Selain itu, lanjut Yudhaningrat, Grebeg Maulud juga menjadi simbol hubungan raja dengan rakyatnya. Sejumlah gunungan berisi hasil bumi yang dikeluarkan juga menandakan kemakmuran Daerah Istimewa Yogyakarta.
Meski demikian, untuk pelaksanaan Grebeg Maulud tahun inu, Yudhaningrat menyayangkan emosional warga yang tidak mau bersabar menunggu do'a selsai sebelum merayah gunungan.
"Ya seharusnya do'a diselesaikan dulu oleh kiai penghulu baru diperebutkan. Mudah-mudahan do'a kiai penghulu nanti tetap terkabul meski gunungan sudah diperebutkan duluan," kata dia.
Berita Lainnya
Grebeg Sudiro ajang KEN 2024 pertama digelar
Minggu, 11 Februari 2024 5:38 Wib
Perhelatan Grebeg Sudiro dongkrak kunjungan wisatawan
Sabtu, 27 Januari 2024 7:11 Wib
Bekal ikhlas abdi dalem pertahankan tradisi Keraton Yogyakarta
Sabtu, 30 September 2023 19:01 Wib
Wisatawan banjiri Grebeg Maulud 2023
Jumat, 29 September 2023 6:41 Wib
Ratusan warga berebut gunungan Grebeg Maulud Keraton Yogyakarta
Kamis, 28 September 2023 14:13 Wib
"Grebeg Suro" jadi festival internasional
Senin, 17 Juli 2023 2:44 Wib
"Grebeg Bonsai 2023" diminati wisatawan
Minggu, 16 Juli 2023 6:56 Wib
Menparekraf: "Grebeg UMKM DIY 2023" memperluas akses pasar UMKM
Rabu, 12 Juli 2023 0:44 Wib