Yogyakarta-Swedia kerja sama peringatan dini DBD

id DBD

Yogyakarta-Swedia kerja sama peringatan dini DBD

Pengasapan nyamuk DBD (Foto ANTARA)

Yogyakarta (Antaranews ) - Pemerintah Kota Yogyakarta bersama salah satu universitas di Swedia, Umea University menjalin kerja sama untuk menyiapkan aplikasi peringatan dini merebaknya penularan demam berdarah dengue (DBD). 
   
“Persiapan sudah mulai dilakukan dan aplikasi tersebut diharapkan sudah dapat dijalankan tahun depan. Tujuannya, untuk mengantisipasi merebaknya penularan DBD,” kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi di Yogyakarta, Rabu.
   
Dalam kerja sama tersebut, Pemerintah Kota Yogyakarta berperan untuk menyiapkan data kasus demam berdarah yang akan digunakan sebagai basis data aplikasi peringatan dini atau “early warning system” (EWS) DBD.
   
Data kasus tersebut kemudian dikompilasi dengan berbagai indikator lain yang mempengaruhi siklus hidup nyamuk aedes aegypti sebagai nyamuk pembawa virus DB. Indikator tersebut di antaranya, suhu udara, tingkat kelembaban udara dan intensitas curah hujan.
   
“Dengan demikian, melalui aplikasi tersebut dapat diprediksi potensi penyebaran DBD di suatu wilayah. Kami berharap, EWS ini akan memberikan peringatan hingga ke tingkat RT/RW,” katanya.
   
Namun demikian, lanjut dia, penyediaan data kasus DBD juga perlu dilakukan dengan cermat karena bisa saja warga Kota Yogyakarta tersebut menderita DB saat berada di luar wilayah, tetapi kemudian berobat di Kota Yogyakarta.
   
“Seperti diketahui, sekitar 20-30 persen warga Kota Yogyakarta tinggal di luar kota. KTP-nya saja warga Yogyakarta tetapi tinggal di kabupaten lain. Pemilahan data juga penting dilakukan agar valid,” katanya.
   
Saat aplikasi sudah bisa digunakan dan muncul peringatan dini merebaknya DB di suatu wilayah, maka warga di wilayah tersebut dapat melakukan langkah-langkah antisipasi seperti kerja bakti membersihkan lingkungan, melaksanakan gerakan 3M (menutup, menguras dan mengubur tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk) dan peningkatan pola hidup bersih dan sehat.
   
“Harapannya, kasus DBD bisa ditekan,” kata Heroe yang menyebut saat ini di Kota Yogyakarta juga dilakukan upaya lain untuk menekan kasus DBD yaitu dengan menyebar nyamuk aedes aegypti ber-wolbachia.
   
Program penyebaran nyamuk ber-wolbachia tetap dilakukan untuk mendukung studi efektivitas program tersebut terhadap penurunan kasus DBD di Kota Yogyakarta. 
   
Hingga pertengahan November, kasus DBD di Kota Yogyaakarta tercatat sebanyak 87 kasus. 
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024