Jakarta (Antaranews Jogja) - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) memaparkan pesawat Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan rute Jakarta-Pangkal Pinang yang jatuh di Perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat 26 Oktober lalu sempat mengalami kehilangan daya angkat (stall).
Kepala Sub Komite Kecelakaan Penerbangan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Nurcahyo saat Rapat Kerja dengan Komisi V DPR di Gedung Parlemen, Jakarta, Kamis, menjelaskan kronologi sebelum pesawat tersebut jatuh.
"Dari hasil pembacaan kotak hitam (black box) pada saat mulai terjadi perbedaan penunjukan kecepatan di mata kapten dan copilot," katanya.
"Dilihat dari grafik yang paling bawah, berwarna biru adalah ketinggian, di atas kecepatan, mungkin naik pada tiga garis di atas,¿ katanya.
Nurchayo mengatakan "angle of attack" dari awal sudah menunjukan perbedaan di antara kiri dan kanan di mana indikator kanan lebih tinggi dari kiri.
"Pada saat menjelang mulai terbang di sini tercatat bahwa ada garis merah di sini yang menunjukkan pesawat mengalami `stick shaker¿. `Stick shaker¿ adalah kemudinya di sisi kapten mulai bergetar. Ini adalah indikasi yang menunjukkan bahwa pesawat akan mengalami `stall¿ atau peringatan daya angkat,¿ katanya.
Pada saat di ketinggian 5.000 kaki tercatat pada indikator berwarna ungu yaiti 'automatic trim down' atau yang disebut banyak media sebagai MCAS atau Manuver Characteristics Augmentation System adalah alat untuk menurunkan hidung pesawat karena pesawatnya akan stall.
Jadi, hal ini kemungkinan disebabkan karena ¿angle of attack¿ di tempatnya kapten menunjukkan 20 derajat lebih tinggi.
"Kemudian men-trigger terjadnya `stick shaker¿. Mengindikasikan kepada pilot bahwa pesawat akan `stall¿. Kemudian MCAS menggerakkan hidung pesawat untuk turun,¿ katanya.
Nurchayo menjelaskan pergerakan tersebut dilawan oleh pilotdengan parameter yang paling atas berwarna biru.
"Jadi pilotnya `trim up¿. Terus sampai dengan akhir penerbangan, ini parameter biru yang tengah ini menunjukkan berapa total trim yang terjadi. Setelah `trim down¿ angkanya turun dilawan oleh pilotnya trim up kemudian akhirnya angkanya kira-kira di angka 5,¿ katanya.
Jadi, lanjut dia, Angka 5 adalah angka di mana beban kendali pilot nyaman.
"Apabila angkanya makin kecil, ini bebannya akan semakin berat. Namun kemudian, tercatat di akhir-akhir penerbangan `autamatic trim¿-nya bertambah namun trim dari pilotnya durasinya makin pendek. Akhirnya jumlah trimnya makin lama mengecil dan beban kemudi menjadi berat. Kemudian pesawat turun,¿ katanya.
Ia mengatakan hasil pembacaan kotak hitam secara lengkap akan dipublikasikan kepada masyarakat luas pada 28 November mendatang.
Berita Lainnya
RI usung pendekatan budaya lokal terkait tata kelola air di WWF
Rabu, 24 April 2024 15:57 Wib
WWF ke-10 di Bali memberi manfaat ekonomi UMKM-pariwisata
Minggu, 21 April 2024 1:08 Wib
Indonesia menawarkan proyek air 9,6 miliar dolar AS
Sabtu, 20 April 2024 20:53 Wib
Sandiaga menawarkan "melukat" untuk 35 ribu peserta WWF-10 di Bali
Sabtu, 20 April 2024 17:51 Wib
Warga peroleh edukasi keselamatan transportasi air
Sabtu, 13 April 2024 5:18 Wib
Wisatawan pantai selatan DIY-Jabar perlu waspadai pasang air
Jumat, 12 April 2024 13:51 Wib
1.300 wisatawan banjiri Jatiluwih Tabanan, Bali
Rabu, 10 April 2024 19:33 Wib
IBI membuka posko kesehatan mendekatkan kebidanan kepada pemudik
Rabu, 10 April 2024 16:03 Wib