BPBD Bantul siapkan 20 pos pantau bencana

id BPBD

BPBD Bantul siapkan 20 pos pantau bencana

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul, Dwi Daryanto (Foto ANTARA/Sidik)

Bantul (Antaranews Jogja) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyiapkan 20 pos pantau bencana dalam rangka kesiapsiagaan dan kewaspadaan menghadapi potensi bencana yang terjadi pada musim hujan.
     
Kepala Pelaksana BPBD Bantul, Dwi Daryanto di Bantul, Selasa, mengatakan instansinya selalu mengikuti perkembangan informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta terkait cuaca pada memasuki musim hujan ini. 
     
"Kemarin BMKG sudah merilis informasi bahwa dari 10 sampai 17 Desember 2018 ada curah hujan di DIY, salah satu upaya untuk mempersiapkan diri mengacu informasi dari BMKG, oleh sebab itu, upaya yang kita lakukan sudah membuat pos pantau di 20 titik," katanya.
     
Pihaknya tidak hafal sebaran 20 pos pantau tersebut, tetapi pos itu didirikan untuk memantau potensi bencana tanah longsor, banjir dan angin kencang yang bisa terjadi ketika hujan, sehingga perlu diantisipasi untuk mengurangi risikonya.
     
"Pos pantau itu yang akan kita optimalkan sebagai antisipasi bencana, dan yang melaksanakan tugas itu dari teman-teman FPRB (forum pengurangan risiko bencana) yang ada di tiap desa," katanya. 
     
Dwi mengatakan, untuk mengoptimalkan fungsi pos pantau, pemerintah akan memberikan bantuan terkait dengan logistik dan dukungan perelatan supaya pos pantau tersebut tetap terjaga dan terlaksana dengan baik oleh FPRB.
     
"Salah satu upayanya pos pantau itu menginformasikan misalnya kalau ada gerakan tanah yang diakibatkan rekahan dan menjalar, jadi kalau positif ada rekahan tanah kita bisa menurunkan tim untuk antisipasi," katanya.
     
Menurut dia, pos pantau kejadian bencana selama musim hujan itu bersifat insidentil atau tidak setiap saat ada, dan saat ini sudah berdiri dan dijalankan oleh masing-masing FPRB, petugas di pos pantau juga sudah siap bergerak ketika terjadi bencana. 
     
"Jadi kalau misalnya ada tanda-tanda akan ada kejadian, informasinya bisa disampaikan ke masyarakat sekitar, supaya kalau kejadian longsor masyarakat sudah meninggalkan lokasi, sehingga tidak menjadi korban," katanya*