Korban jiwa tsunami Selat Sunda bertambah menjadi 168 orang

id Sutopo

Korban jiwa tsunami Selat Sunda bertambah menjadi 168 orang

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho saat memberikan keterangan terkait tsunami Selat Sunda di BPBD DIY, Minggu (23/12) (Foto Antara/Eka Arifa Rusqiyati) (Eka Arifa Rusqiyati/)

Yogyakarta, (Antaranews Jogja) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat jumlah korban jiwa akibat tsunami yang menerjang pantai Selat Sunda hingga Minggu (23/12) pukul 13.00 WIB bertambah menjadi 168 orang.
     
 "Terkait dengan banyaknya korban, hal itu disebabkan karena wilayah terdampak merupakan tempat tujuan wisata dan kebetulan kejadian terjadi saat libur panjang," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho di Yogyakarta, Minggu.
       
Selain korban meninggal dunia, menurut Sutopo, berdasarkan data yang berasal dari tiga kabupaten yang terdampak tsunami yaitu Pandeglang, Serang dan Lampung Selatan, tercatat sebanyak 745 orang luka-luka, 30 orang hilang, 558 rumah rusak, sembilan hotel rusak berat, 60 warung kuliner rusak, 350 kapal dan perahu rusak.
       
Daerah yang mengalami kerusakan paling parah, menurut dia, berada di Kabupaten Pandeglang dengan 126 korban meninggal dunia, 624 korban luka-luka, empat hilang, 446 rumah rusak, sembilan hotel rusak berat, 350 kapal dan perahu rusak, 60 warung rusak, dan kerusakan puluhan mobil serta sepeda motor.
   
 Sejumlah akses jalan juga dilaporkan mengalami kerusakan seperti akses Serang dan Pandeglang yang terputus.
     
Sutopo menyebut, tsunami Selat Sunda tersebut datang secara tiba-tiba pada Sabtu (22/12) malam sekitar pukul 21.27 WIB dengan ketinggian dua hingga tiga meter.
   
 "Tidak ada tanda-tanda, gejala atau peringatan dini dari pihak manapun terkait kejadian tersebut," katanya.
     
Seluruh pihak terkait, lanjut Sutopo, masih terus melakukan evakuasi terhadap korban tsunami dengan menggunakan sejumlah alat berat dan pendataan terhadap daerah terdampak.
Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024