Peneliti: pembangunan "underpass' Kentungan turunkan kemacetan

id Underpass Kentungan

Peneliti: pembangunan "underpass' Kentungan turunkan kemacetan

Ilustrasi. (Foto Istimewa)


Sleman  (Antaranews Jogja) - Peneliti Pusat  Studi Trasportasi dan Logistik (Pustral) UGM Yogyakarta Arif Wismadi menilai pembangunan "underpass" di Jalan Lingkar Utara Kentungan, Kabupaten Sleman, mulai 14 Januari 2019 dapat menurunkan tingkat kemacetan lalu lintas di wilayah setempat.
     
"Dalam jangka pendek paling tidak menurunkan angka kemacetan di simpang empat Kentungan. Karena awalnya perlintasan sebidang lalu dibuat tidak sebidang. Artinya kapasitas jalan meningkat," kata Arif di Sleman, Minggu.
     
Menurut dia, pembangunan "underpass" ini momentumnya tepat, karena jika terlambat maka jalanan di DIY tidak bisa menampung volume kendaraan bermotor yang meningkat.
     
"Karena engan jalur alternatif yang ada juga tidak bisa menampung volume kendaraan bermotor," katanya.
     
Ia mengatakan, yang menjadi perhatiannya adalah langkah pemerintah ke depan. Hingga saat ini pemerintah belum menyediakan solusi jangka panjang.
     
"Sebenarnya itu intinya  kan yang bikin macet itu kendaraan bermotor, jadi pembatasan jumlah kendaraan itu juga sangat perlu," katanya.
     
Arif mengatakan, saat ini,l laju pertumbuhan kendaraan bermotor di DIY tergolong sangat tinggi diperkirakan persentase laju pertumbuhan mencapai dua digit atau 10 persen lebih.
     
"Yogyakarta itu unik, kendaraan yang masuk ada plat lokal dan ada yang dibawa mahasiswa. Sehingga sulit untuk menentukan jumlah kendaraan bermotor," katanya.
     
Ia mengatakan, dengan dibangunnya "underpass" tersebut justru dikhawatirkan ada efek domino yang ditimbulkan yakni masyarakat justru akan lebih banyak menggunakan atau bahkan membeli kendaraan pribadi.
     
"Saat ini untuk mendapatkan kendaraan bermotor sangat mudah. Kredit dengan uang muka rendah atau nol rupiah contohnya," katanya.
     
Pemerintah, kata dia, diharapkan agar peka terhadap efekn jangka panjang tersebut. Konsekuensinya, jika tidak ada pembatasan kendaraan maka DIY akan semakin sesak dengan kendaraan bermotor.
     
"Harus ada kemudahan untuk angkutan umum agar masyarakat beralih ke angkutan umum," katanya.
     
Sedangkan terkait proses pengerjaannya yang memakan waktu lama, yakni hampir satu tahun, dirinya menyatakan harus ada peningkatan kapasitas jalur alternatif di sekitar proyek.
     
"Kemudian masalah konstruks, seharusnya ada inovasi berupa penggunaan teknologi untuk mempercepat proses pembangunan," katanya.
 
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024