Wilayah perkotaan di Sleman belum kelola sampah mandiri

id Sampah

Wilayah perkotaan di Sleman belum kelola sampah mandiri

Membersihkan sampah (antaranews)


 Sleman (Antaranews Jogja) - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta menyebutkan bahwa permasalahan sampah di wilayah setempat belum bisa teratasi secara tuntas karena sebagian besar masyarakat di perkotaan belum dapat mengolah sampah secara mandiri.
     
"Dalam mengurai masalah sampah kami menerapkan sistem Tempat Pengolahan Sampah 'Reduce, Reuse, Recycle' (TPS 3R) masih menjadi program unggulan. Namun, TPS 3R belum maksimal dilakukan di wilayah kota, karena masyarakat kota belum dapat mengolah sampah secara mandiri," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sleman Dwi Anta Sudibya di Sleman, Senin.
   
 Menurut dia, untuk masyarakat desa mayoritas sudah bisa mengolah sampah secara mandiri melalui kelompok-kelompok pengolah sampah.
   
 "Namun yang menjadi masalah di perkotaan, masyarakat belum bisa mengolah sampah secara mandiri," katanya.
   
 Ia mengatakan, selama ini komposisi penyumbang sampah terbesar di Sleman antara masyarakat desa dan kota seimbang. 50:50 persen.
     
"Sedangkan volume sampah per hari bisa mencapai 600 meter kubik," katanya.
     
Sudibya mengatakan, sebagian masyarakat kota telah berlangganan truk pengangkut sampah. Namun, masih ada yang belum memiliki kesadaran untuk berlangganan dan memilih membuang sampah sembarangan.
   
 "Sekitar 48 persen sampah di perkotaan sudah mampu kami tangani, kemudian yang membuang sampah sembarangan ini mereka yang tidak mau membayar iuran truk pengangkut sampah," katanya.
     
Ia mengatakan, rata-rata sampah di Sleman merupakan sampah rumah tangga berupa sampah kemasan makanan, sisa makanan, dan ada juga popok bayi.
     
Salah satu TPS 3R Brama Muda di Kecamatan Ngaglik berhasil mengolah sampah per bulannya mencapai 680 kilogram.
   
 "Jumlah tersebut dari 318 pelanggan," kata wakil ketua TPS 3R Brama Muda Sutarjo.
     
Menurut dia, hasil pengolahan sampah itu menjadi kerajinan tangan untuk sampah anorganik. Ada juga yang diolah menjadi kompos.
     
"Dalam sebulan kami bisa memproduksi 500 kilogram kompos dan kami jual Rp1.000 per kilogramnya," katanya.

 
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024