Kemenko Kemaritiman: belum ada anggaran mitigasi bencana untuk infrastruktur maritim

id Maritim

Kemenko Kemaritiman: belum ada anggaran mitigasi bencana untuk infrastruktur maritim

Asisten Deputi Infrastruktur Pelayaran, Perikanan, dan Pariwisata Kemenko Kemaritiman Rahman Hidayat ditemui seusai diskusi panel dengan tema "Masa Depan Mitigasi Bencana Tsunami di Indonesia"  di Yogyakarta, Senin. (Foto Antara/Luqman Hakim)

     Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Asisten Deputi Infrastruktur Pelayaran, Perikanan, dan Pariwisata Kemenko Kemaritiman Rahman Hidayat mengakui hingga saat ini belum ada alokasi anggaran khusus untuk mitigasi bencana terhadap infrastruktur maritim.
      "Dana mitigasi untuk infrastruktur maritim secara khusus memang sampai saat ini tidak ada," kata Rahman Hidayat seusai diskusi panel dengan tema "Masa Depan Mitigasi Bencana Tsunami di Indonesia"  di Yogyakarta, Senin.
        Menurut Rahman, infrastruktur maritim seperti pelabuhan memerlukan anggaran khusus untuk memperkuat aspek mitigasi apabila terjadi bencana seperti gempa bumi hingga tsunami.
        Ia mengatakan dengan adanya penganggaran khusus mitigasi bencana, maka sejak awal proyek infrastruktur maritim dibangun sudah mulai diperhitungkan aspek kekuatan sert ketahan bangunan terhadap potensi bencana gempa atau tsunami.
       "Artinya apabila ada bencana itu kita hanya melakukan  perbaikan kecil-kecil saja karena potensi kerusakan dapat diminimalisasi. Tentu akan berbeda sekali apabila kita sudah memperhitungkan itu sejak awal," kata dia.
           Mengingat pentingnya penganggaran untuk mengantisipasi bencana, menurut Rahman, anggaran mitigasi bencana sudah biasa dialokasikan untuk setiap pembangunan infrastruktur di berbagai negara maju. 
      "Di negara-negara maju sudah meletakkan mitigasi sebagai arus utama dalam pembangunan," kata Rahman.
          Perekayasa Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko juga mengingatkan perlu adanya infrastruktur mitigasi bencana dalam proyek-proyek infrastruktur strategis di Indonesia seperti New Yogyakarta International Airport (NYIA). Dalam konteks NYIA, menurut dia, pembangunan "tsunami barrier" atau infrastruktur penghalang tsunami diperlukan untuk mengantisipasi potensi tsunami dengan ketinggian 10-15 meter di bibir pantai Kulon Progo.
      Menurut dia, potensi tsunami dengan tinggi gelombang 10-15 meter di bibir pantai yang berjarak 300 meter dari area landas pacu NYIA diasumsikan apabila terjadi gempa megathrust mencapai 8,5-9 skala ricter (SR).
Pewarta :
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024