Kulon Progo upayakan bantuan EWS ke BNPB

id EWS,Tanah longsor

Kulon Progo upayakan bantuan EWS ke BNPB

BPBD Kabupaten Kulon Progo, DIY, melakukan mitigasi tanah longsor di Kawasan Bukit Menoreh. (Foto Antara/Dok istimewa TRC BPBD Kulon Progo)

Kulon Progo (Antaranews Jogja) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengupayakan bantuan alat sistem peringatan dini tanah longsor  dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
     
Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kulon Progo Hepy Eko Nugraha di Kulon Progo, Rabu, mengatakan berdasarkan analisa potensi bencana tanah longsor, kebutuhan alat sistem peringatan dini sebanyak 200 unit.
     
"Saat ini, jumlah EWS di Kulon Progo hanya 87 unit yang terpasang di 21 desa rawan tanah longsor. Dari 87 unit tersebut, lima diantaranya rusak dan sudah tidak dapat digunakan lagi," kata Hepy.
     
Ada pun rincian EWS, 67 unit menggunakan aki, dan 20 unit menggunakan solar sell. EWS sifatnya "mobile", yakni dipindah-pindah ke lokasi yang berpotensi longsornya lebih besar. Pada 2018, Kulon Progo mendapat bantuan 20 unit EWS dari Pemda DIY, sehingga mampu menambah jumlah EWS saat itu.
     
Kebutuhan EWS di Kulon Progo sangat banyak, karena potensi longsor di kawasan Bukit Menoreh sangat tinggi. Lima kecamatan dengan ancaman potensi longsor, yakni Kokap, Girimulyo, Samigaluh, Kalibawang dan sebagian Pengasih.
     
"Pada musim hujan ini, kami siaga 24 jam untuk memantau kondisi ancaman bencana. Selain tanah longsor, pada musim hujan acaman yang mengintau masyarakat yakni pohon tumbang dan banjir. Kami berharap Kulon Progo tidak ada bencana," harapnya.
     
Untuk itu, ia meminta masyarakat tetap memerhatikan beragam tanda-tanda alam. Secanggih apapun EWS yang ada, bisa saja pada suatu waktu EWS tidak akan berfungsi secara maksimal. Misalnya mengalami kerusakan, sehingga tidak bisa berbunyi ketika terjadi bencana.
     
Selain itu, berdasarkan kajian yang dilakukan, ditemukan bahwa ada kemungkinan kawasan yang terpasang EWS, tidak mengalami bencana, melainkan bencana terjadi di wilayah yang tidak memiliki EWS.
     
"Dengan mengamati perubahan tanda-tanda alam, masyarakat mengetahui langkah awal yang harus diambil," harapnya.
   
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kulon Progo Ariadi mengatakan pihaknya telah melakukan koordinasi dengan instansi terkait dan pemerintah kecamatan rangka pemetaan dan mengantisipasi berbagai potensi bencana saat musim hujan.
     
Selain itu, BPBD Kulon Progo juga mempersiapkan logistik dan peralatan, untuk antisipasi apabila bencana timbul saat musim hujan.
     
"Kami mengimbau masyarakat ikut mengantisipasi potensi bencana dengan cara, mengecek drainase, agar tidak tersumbat dan berakibat pada banjir, serta memangkas pohon yang besar yang berpotensi tumbang saat terjadi angin kencang," imbaunya.