Petambak udang selatan NYIA diharapkan mengosongkan lahan

id Petambak udang

Petambak udang selatan NYIA diharapkan mengosongkan lahan

Ilustrasi, tambak udang (Foto Antara)

Kulon Progo (Antaranews Jogja) - Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengharapkan penambak udang di selatan proyek Bandara New Yogyakarta Internasional Airport supaya mengosongkan kolam tambak karena akan dibangun wind barrier.
     
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kulon Progo Sudarna di Kulon Progo, Selasa, mengatakan awal Maret akan dilakukan pembangunan kawasan penyangga bandara atau wind barrier di sisi selatan pagar bandara.
   
"Kami telah melakukan sosialisasi kepada penambak udang di selatan proyek Bandara New Yogyakarta Internasional Airport (NYIA) terkait dengan rencana beroperasinya bandara pada 9 April 2019 mendatang. Kami mengumpulkan petambak udang ini sebagai upaya meminimalisir kerugian yang akan terjadi jika nanti pembangunan wind barrier. Bagi yang mau menebar benih agar bisa menyesuaikan dengan waktu," kata Sudarna.
   
Ia mengatakan ada kebijakan yang akan diambil untuk mendukung percepatan  pembangunan tersebut yang diprediksi bisa merugikan petambak di sisi selatan pagar bandara. Namun demaikian, DKP akan perjuangkan untuk zona tambak di Trisik hingga 75 hektare dari luasan sebelumnya 25 hektare.
   
 "Kalau usalan zona tambak udang di Trisik ini disetujui Pemda DIY, petambak udang di selatan bandara akan direlokasi di sana," katanya.
     
Sudarna mengakui lahan tambak udang di sisi selatan bandara tidak sesuai RTRW. Namun demikian, ia mengucapkan terima kasih kepada petambak udang yang telah berusaha budi daya udang secara mandiri.
   
 "Kami berharap secara mandiri, petambak menghentikan aktivitas budi daya udang. Kami menyadari, potensi budi daya udang sangat tinggi, tapi ini Bandara NYIA merupakan proyek strategis nasional yang harus didukung semua pihak. Kami akan segera mengkaji potensi lokasi pengembangan budi daya udang," katanya.
   
Salah satu petambak udang di Palihan, Muhri mengatakan dirinya terpaksa menambak di sana karena tidak ada lahan lain adalah solusi.
     
"Kami berharap ada solusi supaya kami tetap melakukan budi daya udang, sehingga kami tetap bekerja dan mendapat penghasilan," katanya.
   
Petambak udang Jangkaran Purwoko mengatakan dirinya baru tebar benih 10 hari. Ia berharap ada kebijakan khusus, supaya dapat dipanen baru dibongkar. "Tambak saya baru tebar benih 10 hari bagaimana nanti?," katanya.