Cuaca buruk, nelayan Pantai Baron tak melaut

id Nelayan Baron

Cuaca buruk, nelayan Pantai Baron tak melaut

Tradisi tidak melaut YOGYAKARTA - Seorang nelayan berjalan diantara deretan perahu nelayan yang tidak melaut di Pantai Baron, Gunungkidul, Yogyakarta, Selasa (5/6). Para nelayan di kawasan pantai selatan Gunungkidul sejak turun temurun selalu memegang teguh tradisi tidak melaut pada hari pasaran Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon karena mereka percaya apabila melanggar tradisi tersebut akan tertimpa sial pada saat melaut. FOTO ANTARA/Noveradika/12

Gunung Kidul (Antaranews Jogja) - Nelayan di Pantai Baron, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, dalam beberapa hari terakhir tidak melaut karena cuaca buruk.
     
Ketua Nelayan Pantai Baron Sumardi di Gunung Kidul, Rabu, mengatakan sampai dengan hari ini nelayan juga belum berani untuk melaut lantaran cuaca buruk yang terjadi sejak Senin (21/1), sehingga nelayan memilih mengutamakan keselamatan bila dipaksakan melaut, potensi bahaya memang menunggu di depan mata.
   
"Nelayan untuk saat ini tidak melaut karena dari kemarin sore hujan lebat, hingga hari ini hujan juga tidak berhenti. Padahal gelombang saat ini masih tergolong landai dan aman, ditambah lagi angin laut tadi malam sangat kencang,” ucapnya.
     
Ia mengatakan grafik angin laut saat ini mecapai 18-20 knott. Kencangnya angin laut membuat hanya beberapa kapal saja yang berani untuk melaut.
   
"Kemarin hanya ada beberapa kapal yang berani melaut, kurang lebih lima kapal. Kelima kapal tersebut biasanya hanya memancing sedangkan kapal yang tidak berani melaut kebanyakan menjaring. Rata-rata tangkapan berkisar 50 kg per kapal,” katanya.
     
Sementara itu, Kepala DKP Gunung Kidul Krisna Berlian mengambil contoh seperti pada tahun lalu, pihaknya hanya mampu memperoleh 3.700 ton tangkapan laut. Adapun pada 2018 tersebut, DKP sebenarnya mentargetkan bisa meraup tangkapan sebesar 4.900 ton. Tidak tercapainya target tangkapan ikan disebabkan adanya rentetan bencana yang terjadi di Indonesia.
   
"Nelayan menjadi takut melaut. Karena memang harus mengutamakan keselamatan juga,” katanya.
   
Selain itu, produksi ika  air tawar pada 2018 dari 12.000 ton ikan yang ditargetkan, hanya mampu tercapai 11.000 ton. "Hal itu terjadi karena adanya fenomena banjir yang mulai terjadi di wilayah Gunung Kidul dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini," katanya.