Kasus stunting di Yogyakarta turun tetapi masih menjadi PR

id Pemkot yogyakarta

Kasus stunting di Yogyakarta turun tetapi masih menjadi PR

Pemda Kota Yogyakarta (Foto Antara /Mawarudin/ags/14)

Yogyakarta  (Antaranews Jogja) - Meskipun temuan kasus stunting pada anak di Kota Yogyakarta terus mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir, namun kasus tersebut masih ditemukan sehingga tetap menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. 

“Temuan kasus, khususnya pada bayi masih tetap ada sehingga ini menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan. Terutama untuk faktor pencegahannya,” kata Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Agus Sudrajat di Yogyakarta, Sabtu.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, sepanjang 2018 ditemukan sebanyak 21 persen bayi dari total 3.585 kelahiran yang masuk dalam kategori stunting. Namun demikian, jika dibanding temuan tiga tahun lalu, maka jumlah temuan bayi stunting sudah berkurang.

Bayi dinyatakan masuk dalam kategori stunting jika mengalami beberapa ciri di antaranya, panjang lahir kurang dari 48 centimeter dengan berat badan lahir rendah. 

Berdasarkan kondisi tersebut, Agus mengatakan, faktor utama yang menyebabkan bayi dengan panjang lahir dan berat badan rendah adalah asupan gizi dan kondisi kesehatan ibu hamil yang tidak terjaga. “Oleh karena itu, kami akan melakukan upaya lebih kuat untuk mendorong agar ibu hamil memperhatikan kondisi kesehatannya,” katanya.

Salah satu kebijakan yang diterapkan adalah program “antenatal care” terpadu yaitu pemeriksaan kesehatan ibu hamil secara rutin, tuntas dan terstandar. 

Dalam program tersebut, ibu hamil minimal melakukan empat kali pemeriksaan kesehatan, memperoleh imunisasi dan pemenuhan gizi yang cukup sehingga kondisi kehamilannya terpantau dan bayi tumbuh dengan sehat.

Kegiatan tersebut melibatkan berbagai unsur mulai dari bidang praktik, dokter, dokter spesialis, klinik, puskesmas hingga rumah sakit.

“Kami juga menekankan pada program rujukan, jika ada ibu hamil yang mengalami masalah, maka harus segera ditangani,” katanya.

Oleh karena itu, lanjut Agus, ibu hamil yang memiliki risiko kehamilan juga akan didata dengan cermat sehingga jika terjadi kondisi kegawatdaruratan bisa langsung dilakukan penanganan secara cepat untuk  menghindari risiko yang lebih besar baik terhadap ibu maupun bayi yang dikandung.

 “Selain menjaga asupan gizi ibu hamil, kondisi kesehatan bayi yang sudah dilahirkan juga harus terjaga, yaitu memberikan asi eksklusif selama enam bulan pertama dan tetap menjaga asupan gizi setelahnya,” katanya.

Anak yang mengalami stunting akibat kekurangan gizi kronis, lanjut Agus, akan mengalami ganguan pertumbuhan sehingga tumbuh lebih pendek dari standar usianya dan dimungkinkan berpengaruh pada kecerdasan anak. 

 

Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024