Radar Tsunami buatan Jepang akan diujicobakan di Pantai Parangtritis

id BPBD Bantul

Radar Tsunami buatan Jepang akan diujicobakan di Pantai Parangtritis

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul, Dwi Daryanto (Foto ANTARA/Sidik)

Bantul (Antaranews Jogja) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menyebutkan radar atau alat untuk mendeteksi gelombang tsunami buatan Jepang akan dipasang dan diujicobakan di wilayah Pantai Parangtritis.

"Sudah ada workshop dengan (pemerintah) Jepang terkait dengan rencana pemasangan radar tsunami itu, ini baru uji coba dan 'prototipe' untuk dua daerah yaitu di Bantul dan Purworejo (Jawa Tengah)," kata Kepala BPBD Bantul Dwi Daryanto di Bantul, Selasa.

Menurut dia, workshop bersama Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dengan instansi pemerintah dalam penanggulangan bencana di Jepang tersebut dilakukan pada akhir Januari 2019, pada prinsipnya Pemda Bantul siap dengan uji coba itu.

Dwi mengatakan, radar tsunami bantuan Pemerintah Jepang itu rencana akan dipasang di sebelah barat Pos SAR (pencarian dan penyelamatan) Pantai Parangtritis.

"Mudah-mudahan nanti (pemasangan radar tsunami) berhasil, rencana nanti sekitar Mei-Juni dipasang alat radar tsunami itu," katanya.

Dwi menjelaskan, jika radar tsunami di pantai selatan Bantul direalisasikan, maka setidaknya di tepi pantai sepanjang sekitar 110 meter ada 10 antena, termasuk ada beberapa peralatan dan komponen pendukung operasional alat tersebut.

"Dengan alat itu, ketika ada rambatan air yang diakibatkan gelombang pasang atau tsunami itu akan kirim sinyal ke BMKG, kemudian dari BMKG akan menyampaikan informasi ke BPBD kalau ada penjalaran gelombang tsunami," katanya.

Bahkan, kata dia, radar tersebut punya teknologi yang bisa mendeteksi gelombang hingga radius 100 kilometer ke arah laut. Gelombang tsunami tersebut disebutnya mempunyai kecepatan rambatan 600 sampai 900 kilometer per jam.

"Karena kecepatan gelombang tsunami itu 600 sampai 900 km per jam, dan itu akan terdeteksi, jadi kalau jauh-jauh sudah ada informasi itu minimal masyarakat bisa antisipasi sendiri," katanya.

Dia menjelaskan, di Bantul juga sudah terdapat alat early warning system (EWS) di pantai selatan, namun fungsinya beda dengan radar tsunami. "Kalau EWS hanya sirine yang dinyalakan setelah server menerima sinyal, jadi server menerima dan diolah kemudian di informasikan," katanya.
Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024