Yogyakarta galakkan diversifikasi pangan nonberas di masyarakat

id Pangan nonberas,diversifikasi

Yogyakarta galakkan diversifikasi pangan nonberas di masyarakat

Lomba kreasi menu dari bahan pangan nonberas sebagai upaya Pemerintah Kota Yogyakarta untuk diversifikasi pangan (Foto Antara/Eka Arifa Rusqiyati)

Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta berupaya menggalakkan diverfisikasi pangan nonberas sehingga masyarakat tidak hanya tergantung pada nasi sebagai makanan pokok tetapi bisa menggunakan sumber karbohidrat lain yang juga mudah diperoleh.

“Upaya untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat bahwa ada sumber karbohidrat lain yang bisa diolah dilakukan melalui Tim Penggerak PKK yang ada di tiap wilayah. Mereka kami ajak berkreasi untuk menyusun menu-menu baru yang inovatif dengan bahan nonberas,” kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta Sugeng Darmanto di Yogyakarta, Senin.

Menu-menu baru yang dihasilkan dari bahan pangan selain beras tersebut kemudian dilombakan dan pemenang lomba akan dikirim untuk mengikuti lomba serupa di tingkat DIY.

Pada lomba diversifikasi pangan yang digelar di Balai Kota Yogyakarta, Senin, seluruh peserta diminta menyusun menu lengkap dari sarapan, makan siang dan makan malam dengan bahan yang sehat dan bergizi.

Pada tahun lalu, Tim Penggerak PKK Kecamatan Gedongtengen menjadi yang terbaik di tingkat Kota Yogyakarta dan memenangi lomba di tingkat DIY sehingga akan maju dalam lomba di tingkat nasional. “Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk mengikuti lomba seluruhnya kami siapkan. Yang pasti, menu makanan yang ditampilkan adalah olahan atau kreasi pangan nonberas,” katanya.

Sugeng mengatakan, masyarakat Kota Yogyakarta yang saat ini masih tergantung dengan beras sebagai sumber utama karbohidrat sudah saatnya menggunakan bahan pangan nonberas seperti jagung, kentang atau ubi yang juga mudah diperoleh.

“Selain untuk meningkatkan ketahanan pangan, penggunaan pangan nonberas juga ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan warga karena dalam beberapa tahun terakhir jumlah penderita penyakit degeneratif cukup banyak. Penyakit tersebut salah satunya dipicu oleh pola makan yang tidak berimbang,” katanya.

Sedangkan untuk beragam menu makanan olahan nonberas yang ditampilkan dalam lomba akan dibukukan untuk memudahkan masyarakat mencari beragam menu atau sajian yang diolah dari pangan nonberas.

“Diverfisikasi pangan nonberas ini juga dapat dijalankan beriringan dengan upaya pemerintah untuk memperbanyak jumlah kampung sayur, lorong sayur dan lele cendol di wilayah,” katanya.

Hasil pertanian di wilayah tersebut tidak hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga saja tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan keluarga.

“Guna memperoleh hasil yang lebih maksimal, kami juga menjalankan program kawasan rumah pangan lestari (KRPL) yang beranggotakan 10 sampai maksimal 20 rumah. Program ini akan dilakukan di wilayah padat penduduk seperti Jetis dan Bausasran,” katanya.

Melalui program tersebut, warga diajak untuk memanfaatkan pekarangan dengan menanam sayur atau membuat kolam lele sehingga hasilnya bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sehari-hari dan jika berlebih bisa dijual guna meningkatkan pendapatan keluarga. 

Pewarta : Eka Arifa Rusqiyati

Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024