Syafii minta pendidikan multikulturalisme digencarkan tangkal virus intoleransi

id Syafii multikulturalisme

Syafii minta pendidikan multikulturalisme digencarkan tangkal virus intoleransi

Mantan Ketua PP Muhammadiyah Syafii Maarif di sela Pelatihan Pengawas Sekolah Program memperkuat Peran Auditor dan Pengawas Sekolah dalam Mempromosikan Toleransi dan Mulikulturalisme di Yogyakarta, Senin. (Foto Antara/Luqman Hakim)

Yogyakarta (ANTARA) - Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syafii Maarif meminta para guru atau pendidik menggencarkan penanaman pendidikan multikulturalisme untuk menangkal bibit-bibit virus intoleransi yang berpotensi menjangkiti para siswa di sekolah.

"Pendidikan multikulturalisme semakin penting dalam era ini, tekankan terus agar tidak  mengkhianati sumpah pemuda karena virus intoleransi itu muncul karena mungkin ada rantai pendidikan yang terputus," kata Buya Syafii di sela Pelatihan Pengawas Sekolah Program memperkuat Peran Auditor dan Pengawas Sekolah dalam Mempromosikan Toleransi dan Mulikulturalisme di Yogyakarta, Senin.

Buya mengatakan virus intoleransi yang merusak sendi-sendi Kebhinekaan terbukti bisa merasuk di berbagai lini termasuk lembaga pendidikan seperti sekolah. 

"Contoh kecilnya, kalau ada seorang murid di sekolah itu sudah merasa tidak nyaman bersama dengan murid lain yang berbeda agama dengannya," kata anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) ini.

Menurut Buya, perlahan namun pasti virus intoleransi yang masih ada hingga saat ini berpotensi memisahkan nilai-nilai Kebhinekaan dari Bangsa Indonesia. Kendati demikian, ia menyakini virus intoleransi itu masih bisa diantisipasi dan diatasi.

Oleh sebab itu, untuk menangkal virus intoleransi yang kebanyakan berasal dari ideologi transnasional itu, menurut dia, pendidikan multikulturasime perlu terus ditekankan oleh para pendidik di sekolah untuk menyelamatkan bangsa.

Syafii mengapresiasi para guru atau pendidik yang hingga kini konsisten memberangus virua intoleransi di sekolah.

"Bangsa ini memang plural, itu sebuah keniscayaan yang harus diakui, jadi jangan sampai virus itu dipakai untuk merusak kebangsaan," kata Buya Syafii.***2***