Dinkes Gunung Kidul intensifkan penyuluhan tentang gizi anak

id Kasus kurang gizi,Gunung Kidul,Yogyakarta

Dinkes Gunung Kidul intensifkan penyuluhan tentang gizi anak

Aksi hari gizi Sejumlah mahasiswa Fakultas Peternakan, Pertanian dan Kedokteran Hewan UGM berunjuk rasa di Perempatan Kantor Pos Yogyakarta, Jumat (24/2). Aksi yang bertepatan dengan Hari Gizi Nasional tersebut meminta pemerintah mengurangi impor makanan serta memperhatikan tingkat gizi masyarakat. (FOTO ANTARA/Regina Safri)

Gunung Kidul (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengintensifkan penyuluhan kepada ibu--ibu muda tentang pentingnya gizi bagi anak untuk menekan tinggginya kasus kekurangan gizi di wilayah ini.

Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunung Kidul Priyanta Madya Satmaka di Gunung Kidul, Selasa, mengatakan berdasarkan data, terdapat 2.146 anak balita yang kekurangan gizi.

"Khususnya gizi buruk yang dialami anak balita, sebanyak 167 kasus," kata Priyanta.

Ia mengatakan faktor yang dapat menyebabkan gizi buruk, di antaranya faktor ekonomi keluarga sehingga pada usia satu sampai tiga tahun anak balita tidak mendapat asupan gizi yang baik, sanitasi di rumah yang kurang bersih, dan rendahnya tingkat pendidikan orang tua sehingga tidak tahu tentang pentingnya kecukupan gizi.

"Kami berupaya memberikan edukasi kepada ibu-ibu muda mengenai pentingnya gizi bagi anak. Kami bekerja sama dengan puskesmas yang ada di tiap daerah selalu memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu agar sadar gizi," katanya.

Sementara itu, Kasi Bina Kelembagaan Sosial Dinsos Gunung Kidul Gustarto mengatakan berdasarkan data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), jumlah balita terlantar menurun dibanding dengan tahun sebelumnya. Saat ini, tercatat ada 269 kasus balita telantar.

Ia mengatakan penanganan kasus balita telantar, yakni program Tabungan Sosial Anak (TSA) dari Kemensos. Masing-masing anak mendapatkan kucuran dana per tahun sebesar Rp1 juta.

"Pemkab Gunung Kidul belum menganggarkan penanganan balita terlantar melalui APBD kabupaten," katanya.

Menurutnya, kasus balita terlantar pemicunya beragam. Salah satunya persoalan gizi buruk sebagai akibat dari himpitan ekonomi.

"Mayoritas pemicu balita terlantar, yakni ekonomi keluarga dan pendidikan ibu yang rendah," katanya.
 
Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024