Dinas Kebakaran mengalokasikan Rp1,9 miliar bangun hidran kampung

id Hidran,yogyakarta

Dinas Kebakaran mengalokasikan Rp1,9 miliar bangun hidran kampung

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kutai Kartanegara Darmansyah (berkacamata) bersama tim mencoba hydrant di luar perkantoran, untuk mengecek kesiapan alat pemadam kebakaran. (Hayru Abdi/ANTARA Kaltim)

Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Kebakaran Kota Yogyakarta mengalokasikan dana senilai Rp1,9 miliar melalui APBD 2019  untuk melanjutkan program pembangunan hidran berbasis kampung sebagai upaya mempercepat penanganan kebakaran di permukiman padat penduduk.

“Ada sembilan lokasi pembangunan hidran berbasis kampung yang masuk dalam perencanaan tahun ini. Enam di antaranya adalah melanjutkan pembangunan hidran kampung yang sudah dilakukan tahun lalu,” kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kebakaran Kota Yogyakarta Isharyanto di Yogyakarta, Rabu.

Pembangunan hidran berbasis kampung di enam lokasi yang akan dilanjutkan tahun ini berada di Kampung Jlagran Kecamatan Gedongtengen, Kampung Karangwaru Kecamatan Tegalrejo, Kampung Ledok Tukangan Kecamatan Danurejan, Kampung Gemblakan Bawah Kecamatan Danurejan, Kampung Basen Kecamatan Kotagede, dan Kampung Cokrodirjan Kecamatan Danurejan.

Pembangunan hidran berbasis kampung di enam kampung tersebut, lanjut dia, harus disesuaikan dengan target perencanaan yang telah disusun.

Sedangkan untuk tiga lokasi lain, lanjut Isharyanto akan diputuskan sesuai skala prioritas kebutuhan dan harus dipastikan bahwa sudah ada “detail engineering design” (DED) pembangunan hidran di kampung tersebut.

Prioritas yang akan digunakan sebagai indikator di antaranya tingkat kepadatan permukiman dan akses jalan di wilayah tersebut. “Biasanya, kami memprioritaskan pembangunan di wilayah yang sulit diakses kendaraan pemadam kebakaran berukuran besar,” katanya.

Meskipun demikian, Isharyanto mengatakan, pembangunan jaringan hidran berbasis kampung bukan pekerjaan yang mudah karena harus bersinggungan dengan kepentingan sosial kemasyarakatan di wilayah. “Pembangunan ini harus dilakukan dengan membuat galian untuk menanam jaringan pipa. Masyarakat sering merasa terganggu, padahal ini demi kepentingan mereka,” katanya.

Selain itu, perencanaan di atas kertas terkadang berbeda dengan kondisi yang sebenarnya di lapangan sehingga pembangunan jaringan pipa tidak bisa dilakukan seperti rencana. “Misalnya harus dibuat berbelok karena ada hambatan di depan,” katanya.

Jaringan hidran berbasis kampung tersebut dilengkapi dengan fasilitas “siamese” di tepi jalan. Fasilitas tersebut untuk menghubungkan pipa dari truk tangki air ke jaringan hidran berbasis kampung. Setiap jarak 50 meter dibangun hydrant box yang dilengkapi selang.

“Jika terjadi kebakaran, maka truk tangki diparkir di dekat siamese untuk mengalirkan air dan warga memanfaatkan selang di hydrant box terdekat untuk memadamkan api,” katanya.

Pembangunan hidran berbasis kampung sudah dimulai sejak 2015. “Hingga saat ini, belum ada hidran berbasis kampung yang harus digunakan untuk menangani kebakaran di wilayah tersebut. Fasilitas memang kami siapkan, tetapi harapannya tidak harus digunakan,” katanya.

Sebelum diserahkan ke masyarakat, Dinas Pemadam Kebakaran Kota Yogyakarta memastikan bahwa fasilitas bisa berfungsi dan warga sudah memperoleh edukasi untuk mencegah kebakaran dan pelatihan penanganan kebakaran.
 

Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024