Yogyakarta mengintensifkan penanganan kekerdilan melalui ANC

id stunting,Ibu hamil, bayi

Yogyakarta mengintensifkan penanganan kekerdilan melalui ANC

Ilustrasi - Kekerdilan dan gizi buruk. (ANTARA)

Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta terus berupaya menekan angka kekerdilan pada bayi dengan mengintensifkan layanan Ante Natal Care, untuk memastikan bahwa ibu hamil dan janin dalam kondisi sehat serta terpenuhi gizinya.

“Penanganan 'stunting' pada bayi harus sudah dimulai sejak dari kandungan. Kesehatan ibu hamil dan kecukupan gizi ibu hamil menjadi kunci utama agar bayi yang dilahirkan tidak masuk dalam kategori 'stunting',” kata Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Agus Sudrajat di Yogyakarta, Selasa.

Dia menjelaskan melalui layanan Ante Natal Care (ANC), setiap ibu hamil diwajibkan memeriksakan kandungan minimal empat kali selama kehamilan, melakukan imunisasi dan memperhatikan asupan gizi.

Melalui ANC tersebut, katanya, setiap ibu hamil mendapat pemeriksaan menyeluruh sehingga kehamilan dan kondisi janin terpantau secara detail.

Dengan demikian, kata Agus, jika terjadi perubahan kondisi kesehatan ibu dan janin maka petugas kesehatan bisa melakukan penanganan sejak dini.

Layanan tersebut dapat diakses di puskesmas di Kota Yogyakarta.

“Bahkan, ibu hamil tidak hanya bisa memeriksakan kondisi kesehatannya dan janinnya saja, tetapi juga berkonsultasi dengan dokter terkait kehamilannya,” katanya.

Selain melalui layanan ANC, upaya yang dilakukan untuk mencegah kekerdilan juga melibatkan partisipasi masyarakat melalui kader pendamping di wilayah. Kader bertugas untuk memantau kondisi ibu hamil dan mengingatkan ibu hamil untuk terus menjaga kondisi kehamilannya.

Agus menyebut bayi yang mengalami kekerdilan sudah bisa terdeteksi sejak bayi tersebut dilahirkan. Salah satu ciri yang dialami bayi kekedilan adalah panjang lahir kurang dari 45 centimeter ditambah beberapa ciri lain, seperti lingkar kepala hingga berat badan lahir.

“Jika sudah diketahui bahwa bayi tersebut mengalami ;stunting;, maka diperlukan stimulasi untuk merangsang pertumbuhannya agar bisa tumbuh secara normal. Misalnya dengan perbaikan asupan gizi dan stimulasi fisik,” katanya.

Ia menambahkan potensi bayi kekerdilan tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi ekonomi ibu hamil.

“Di keluarga yang berkecukupan secara ekonomi pun dimungkinkan lahir bayi 'stunting' karena ibu hamil tidak memperhatikan asupan gizi selama kehamilan,” katanya.

Kekerdilan, kata dia, juga tidak semata-mata disebabkan faktor genetik.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, jumlah bayi yang mengalami kekerdilan pada 2018 mencapai 21 persen dari 3.585 kelahiran atau sudah turun dibandingkan dengan angka kekerdilan tiga tahun lalu.

“Kami upayakan agar angka 'stunting' di Yogyakarta terus turun,” katanya.
 

Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024