Kulon Progo buat kalender wisata bertaraf internasional

id Kalender wisata,Bupati Kulon Progo

Kulon Progo buat kalender wisata bertaraf internasional

Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo (Foto ANTARA/Sutarmi)

Kulon Progo (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan membuat kalender kegiatan pariwisata bertaraf internasional untuk menarik wisatawan ke wilayah ini seiring akan dioperasikannya Bandara Internasional Yogyakarta.

Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo di Kulon Progo, Selasa, mengatakan dirinya sudah memerintahkan Dinas Pariwisata untuk menyiapkan kalender wisata, dan seharusnya, saat ini sudah jadi.

"Pada 2019, Kulon Progo harus memiliki kalender kegiatan wisata. Minimal 52 agenda wisata yang dilaksanakan," kata Hasto.

Ia mengatakan latar belakang 53 agenda wisata karena dalam satu tahun ada 52 minggu. Dispas harus membuat kalender wisata dengan kegiatan internasional, bukan lokal.

"Itu persiapan khusus untuk menyambut beroperasinya Bandara Internasional Yogyakarta. Dua tahun lalu, belum membuat kalender wisata, dua tahun ini, kami benar-benar paksakan kepada Dispar membuat kalender wisata," katanya.

Kemudian, dari sisi infrastruktur, Pemkab Kulon Progo sudah melakukan penandatangan nota kesepahamam bersama dengan perusahaan di Hongkong mendukung pariwisata Bedah Menoreh.

"Fokusnya menciptakan destinasi wisata baru di Bukit Menoreh, salah satunya Taman Kerajaan Nusantara," katanya.

Menurut dia, percepatan pembangunan sektor pariwisata di Kulon Progo tidak bisa mengandalkan APBD. Kalau mengandalkan APBD, membutuhkan waktu lama.

"Ketika Pemkab Kulon Progo sudah memiliki rencana detail teknis (DED) Bedah Menoreh, boleh menjadi pengembangan kawasan Menoreh yang dilakukan provinsi, kami mengejar infrastruktur. Untuk itu, kami menggandeng swasta supaya mereka membantu pembangunan infrastruktur," katanya.
Ketua DPRD Kulon Progo Akhid Nuryati (Foto ANTARA/Sutarmi)
Sementara itu, Ketua DPRD Kulon Progo Akhid Nuryati mengatakan pengembangan objek wisata kawasan selatan Kulon Progo ini memiliki posisi strategis dibandingkan potensi wisata yang ada di wilayah utara atau kawasan Bukit Menoreh. Pengembangan wisata di wilayah utara terganjal infrastruktur, kalau wilayah selatan kondisi infrastruktur sudah bagus.

"Saya melihat jumlah pengunjung wisata di wilayah utara sangat sedikit karena mereka tidak mau mempertaruhkan nyawanya menuju objek wisata karena jalannya kurang memadai dan membahayakan. Artinya, wilayah selatan memiliki potensi wisata untuk dikembangkan dan menjadi tujuan wisata," katanya.