Petani Bantul panen perdana demplot padi binaan Bank Indonesia

id Bantul,demplot,binaan bank indonesia

Petani Bantul panen perdana demplot padi binaan Bank Indonesia

Panen perdana demplot atau lahan percontohan padi 'Corporate Farming' binaan Bank Indonesia di Bulak Ancak Blawong Desa Trimulyo Jetis, Kabupaten Bantul, DIY (Foto ANTARA/Hery Sidik)

Bantul (ANTARA) - Kelompok tani Barokah Dusun Blawong, Desa Trimulyo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, melakukan panen perdana demplot atau lahan percontohan padi 'Corporate Farming' binaan Bank Indonesia bekerja sama Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan setempat.

"Ini adalah panen perdana demplot (lahan percontohan) padi 'Corporate Farming' Ramah Lingkungan seluas enam hektare milik petani yang digarap oleh tim teknis secara konsolidasi," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY Hilman Tisnawan disela panen perdana, Kamis.

Oleh karena itu, hasil panen dari corporate farming ini akan dikelola bersama untuk dipasarkan dan persiapan masa tanam berikutnya, dan hasil dari proses produksi perdana akan menjadi bahan evaluasi pada masa tanam berikutnya dalam satu siklus produksi lahan.

Program klaster pangan komoditas padi sistem Corporate Farming dan Ramah Lingkungan periode 2018 - 2020 dengan mitra binaan Kelompok Tani Barokah di Bulak Ancak Blawong Bantul ini merupakan tindak lanjut hasil penelitian BI DIY dengan Fakultas Pertanian UGM.

"Sistem Corporate Farming merupakan usaha tani sehamparan yang dikelola dengan cara konsolidasi lahan. Sehingga keputusan proses pertanian dari hulu sampai hilir dilakukan dalam satu keputusan dan pedoman yang disepakati bersama," katanya.

Secara ekonomi, kata dia, sistem Corporate Farming mampu memberikan keuntungan berupa efisiensi biaya dan proses produksi, meningkatkan produktivitas pertanian, pendapatan dan kesejahteraan petani, penguatan kelembagaan petani sehingga akan membuka akses ke lembaga keuangan.

"Penerapan corporate farming tersebut sejalan dengan tujuan utama Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas inflasi, terutama terkait dengan karakteristik inflasi di Indonesia yang cenderung bias 'supply side'," katanya.

Selain itu, menjaga pasokan komoditas menjadi faktor fundamental dalam menjaga harga komoditas khususnya bahan pangan. Peningkatan produktivitas pertanian tentu akan meningkatkan hasil pertanian sehingga pasokan akan terjaga.

Menurut dia, sebelum program ini dimulai, pengelolaan lahan di Bulak Ancak sudah dilakukan dengan metode konsolidasi lahan, namun masih terkendala keterbatasan sarana pendukung dan keterampilan petani dan belum ada SOP yang mengatur sistem konsolidasi.

Selain itu, hasil panen masih dikelola secara masing-masing petani penggarap atau pemilik lahan, dan sebagian besar masih dikonsumsi sendiri karena produksi kurang optimal sehingga beras yang dihasilkan masih sedikit.

"Untuk itu, dilakukan uji coba (demplot) pengelolaan lahan secara modern dari hulu ke hilir, mulai dari proses produksi, mekanisasi pertanian, financing, pemasaran sampai pengolahan pascapanen," katanya.
           Baca juga: Dinas Pertanian Sleman menargetkan olah lahan 6.200 hektare