Jakarta (ANTARA) - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memperkirakan jumlah penumpang angkutan udara pada masa mudik Lebaran 2019 mengalami penurunan akibat masih tingginya harga tiket pesawat terbang.
"Pada tahun lalu angkutan udara kira-kira tumbuhnya empat persen. Untuk tahun ini, sekitar 10 persen pindah ke angkutan lain, seperti laut dan darat juga kereta api untuk menampungnya," kata Budi Karya di lingkungan istana kepresidenan Jakarta, Jumat.
Budi menyampaikan hal itu seusai menghadiri rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo membahas persiapan menghadapi Idul Fitri.
Kemenhub sebelumnya telah mengeluarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 20 Tahun 2019 tentang Tata Cara dan Formulasi Perhitungan Tarif Batas Atas Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri dan Keputusan Menteri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Tarif Batas Atas Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri.
Dalam PM 20/2019 tersebut, tarif batas bawah yang semula 30 persen dari tarif batas atas menjadi 35 persen dari tarif batas atas.
"Kami juga mendorong angkutan laut untuk Jakarta-Semarang ditingkatkan. Sekarang memang baru satu kapal bisa mengangkut 5.000-10.000 penumpang. Sekarang ini, penumpang yang ingin menggunakan kapal laut 60 persen, bus 80 persen, kereta api sudah 80 persen, kalau ini meningkat dapat ditambahkan," ungkap Budi.
Budi pun mengimbau agar Menteri BUMN Rini Soemarno dapat meminta maskapai Garuda Indonesia memberikan harga khusus jelang Lebaran.
"Saya mengimbau kepada Ibu Menteri BUMN untuk meminta Garuda memberi harga khusus selama Lebaran. Kalau Garuda turun, diikuti maskapai lain, tapi saya sedang mengkaji dengan KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha)/Ombudsman apakah tarif batas atas ini bisa diturunkan. kalau saya memiliki kewenangan akan saya turunkan," tambah Budi.
Budi beralasan karena ada kecenderungan masyarakat menginginkan penurunan tarif pesawat.
"Saya rasanya punya kewenangan untuk menurunkan itu, di UU ada, tapi saya tidak ingin ada satu aturan tidak 'govern' (sesuai tata kelola), karenanya saya perlu konsultasi, kalau ada klarifikasi tentang tata kelola itu saya akan lakukan sebelum Lebaran," tambah Budi.
Konsultasi itu diperlukan karena menurut Budi, tarif batas atas sudah tiga tahun tidak berubah padahal seharusnya setiap dua tahun batas atas berubah naik.
"Tarif batas atas sudah tiga tahun tidak berubah, kalau tiga tahun tidak berubah kok tiba tiba saya turunkan. Ada dua kutub, pertama kalau dilihat dari komponennya harus naik, tetapi kalau untuk kepentingan masyarakat saya mungkin punya kewenangan. Kan logikanya tiga tahun, kalau kita ikuti inflasi saja tentu naik, komponen-komponen juga naik. Hal itu yang saya konsultasikan, ini 'team work' tidak boleh bertindak sendiri," jelas Budi.
Sedangkan Rini yang dimintai pendapatnya soal penurunan batas atas tersebut mengaku bahwa Garuda dapat menetapkan tarif sepanjang tidak melanggar aturan yang ditetapkan Kemenhub.
"Loh kita lihatnya begini. Sekarang batasnya di mana? Selama BUMN, Garuda tidak lewati batas yang ditentukan oleh Kemenhub, ya harusnya normal-normal saja," kata Rini.
Berita Lainnya
Bantul mulai sosialisasikan padat karya anggaran BKK bagi kelompok pekerja
Selasa, 23 April 2024 16:28 Wib
Bantul mendaftarkan pekerja padat karya pada BPJS Ketenagakerjaan
Senin, 22 April 2024 19:32 Wib
Disnakertrans Bantul berdayakan keluarga miskin melalui program padat karya
Senin, 22 April 2024 10:48 Wib
Dituduh plagiat, Dekan FEB Unas mengundurkan diri
Sabtu, 20 April 2024 7:20 Wib
Pemkab Bantul menggelontorkan dana BKK Rp32 miliar untuk padat karya 2024
Jumat, 19 April 2024 16:17 Wib
Disnakertrans Kulon Progo melaksanakan padat karya di 49 lokasi
Kamis, 18 April 2024 17:53 Wib
Dipersiapkan matang dan cermat, arus balik Lebaran 2024
Jumat, 12 April 2024 12:52 Wib
Travel gelap, minibus kecelakaan di KM 58 Tol Japek
Kamis, 11 April 2024 18:38 Wib