Dinkes imbau masyarakat tidak resah menyikapi kasus antraks di Gunung Kidul

id Kasus antraks,sapi

Dinkes imbau masyarakat tidak resah menyikapi kasus antraks di Gunung Kidul

Pelaksana tugas Dinas Kesehatan Kulon Progo Ananta Logam Dwi Korawan. (Foto ANTARA/Sutarmi)

Kulon Progo (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengimbau masyarakat tidak resah menyikapi munculnya kasus antraks di Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul.

Pelaksana tugas Dinas Kesehatan Kulon Progo
Ananta Kogam Dwi Korawan di Kulon Progo, Jumat, mengatakan prinsipnya antraks tidak ditularkan antarmanusia, melainkan langsung dari hewan yang terjangkiti bakteri Bacillus antrachis.

Penularan ini bisa lewat kulit, daging, tulang maupun kotoran hewan tersebut. Dari situlah bakteri bisa masuk ke tubuh manusia lewat kulit yang terluka hingga udara.

"Kami meminta masyarakat Kulon Progo tetap tenang. Tidak perlu risau karena untuk saat ini tidak ditemukan kasus antraks di Kulon Progo," kata Ananta.

Ia mengatakan kasus antraks di Kulon Progo sudah tidak ada, terakhir di Kecamatan Girimulyo pada 2017 lalu, tapi sudah tertangani, dengan pemberian bantuan obat secara intensif.

Seperti diketahui, penyakit antraks pernah terjadi di Kulon Progo pada 2017 lalu. Korbannya berjumlah 16 orang yang merupakan warga Purwosari, Kecamatan Girimulyo. Mereka yang masing-masing dari tiga dusun, yakni Ngroto, Ngaglik dan Panggung, terserang penyakit ini karena mengonsumsi daging sapi yang diduga terjangkiti bakteri Bacillus antrachis.

Awal mula munculnya penyakit tersebut berada di Dusun Ngaglik, pada 12 November 2016. Salah satu sapi milik warga setempat bernama Ngatijo, diketahu sempoyongan. Oleh sang pemilik, sapi disembelih dan dagingnya dibagi-bagi kepada masyarakat.

Pada saat itu, Dinas Kesehatan langsung melakukan pemeriksaan sekaligus memberikan pengobatan kepada 16 orang tersebut. Perlakuan kepada para korban ini tak sampai proses isolasi karena yang bersangkutan tidak mengalami mual-mual dan pusing, hanya ada luka benjolan.

"Selain memberi pengobatan kepada warga terjangkit, Dinas Kesehatan juga melakukan tindakan surveillance dengan melakukan penyemprotan dan melakukan vaksinasi hewan-hewan yang sehat," katanya.

Meski demikian, ia mengimbau kepada masyarakat peternakan mengedepankan perilaku hidup bersih dan sehat Sebagai upaya antisipasi terhadap penyakit tersebut.

"PHBS ini meliputi cuci tangan dengan sabun, makan makanan bergizi seperti sayur dan buah, olahraga teratur dan istirahat yang cukup. Di samping itu jangan mengkonsumsi hewan ternak yang mati mendadak," imbaunya.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo Drajat Wibowo mengatakan pihaknya bakal mengintensifkan pengawasan lalu lintas hewan ternaknya yang masuk Kulon Progo. Selain itu juga melakukan pemeriksaan hewan ternak dari luar yang dibeli para peternak.

Pengawasan hewan ternak juga akan dilakukan di Pasar Hewan Pengasih dan Pasar Sentolo baru.

"Setiap hewan yang masuk musti memiliki surat kesehatan hewan (SKH) dari daerah asal," katanya.
Baca juga: Sultan meminta ke luar masuk sapi dari Gunung Kidul dikontrol