Jepang beri hibah Rp5,089 miliar untuk proyek rekonstruksi dan penanggulangan bencana Indonesia

id penanggulangan bencana, Jepang, Indonesia Jepang,hibah Jepang

Jepang beri hibah Rp5,089 miliar untuk proyek rekonstruksi dan penanggulangan bencana Indonesia

Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masafumi Ishii (kiri) dan Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri RI Desra Percaya (kanan) di Jakarta, Jumat, menandatangani Pertukaran Nota bantuan hibah dan pinjaman Jepang untuk penanggulangan bencana Indonesia. (Kedubes Jepang)

Jakarta (ANTARA) - Jepang memberikan bantuan hibah senilai 5,089 miliar yen untuk tiga proyek rekonstruksi dan penanggulangan bencana di Indonesia serta pinjaman sebesar 30,980 miliar yen untuk satu proyek pengembangan saluran air limbah di Jakarta.

Pemberian bantuan dan pinjaman tersebut ditandai dengan penandatanganan Pertukaran Nota atau E/N oleh Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masafumi Ishii dan Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri RI Desra Percaya di Jakarta, Jumat.

Jepang melaksanakan proyek kerja sama teknik untuk menyusun rancang bangun rekonstruksi, menyusun program untuk pelaksanaan program rancang bangun tersebut, dan melaksanakan program tersebut.

Bantuan hibah yang ditandatangani kali ini juga merupakan salah satu upaya untuk memberikan bantuan rekonstruksi, demikian disampaikan Kedutaan Besar Jepang lewat keterangan tertulis.

Melalui bantuan tersebut, diharapkan bahwa rehabilitasi serta rekonstruksi wilayah yang terkena dampak bencana dapat dilaksanakan dengan cepat sehingga dapat berkontribusi untuk membentuk masyarakat yang lebih tangguh terhadap bencana alam.

Proyek yang akan dibangun menggunakan bantuan hibah Jepang yakni pembangunan Jembatan Palu 4 di Sulawesi Tengah senilai 2,5 miliar yen.

Proyek ini merupakan proyek untuk membangun infrastruktur di antaranya jembatan Palu 4 serta jalan di sekitarnya yang terdampak gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah pada September tahun lalu.

Pembangunan proyek ini diharapkan memberikan manfaat kepada warga setempat sehingga berkontribusi untuk membentuk masyarakat yang lebih tangguh terhadap bencana alam.

Kemudian, proyek untuk bantuan alat berat konstruksi senilai 600 juta yen, yang ditujukan bagi rekonstruksi daerah terkena dampak bencana di Sulawesi Tengah.

Proyek ini dipergunakan untuk memberikan alat berat konstruksi seperti mobil pemeriksaan jembatan, sehingga diharapkan berkontribusi untuk menstabilisasikan masyarakat melalui rekonstruksi yang cepat.

Proyek ketiga yang dibantu Jepang adalah proyek penguatan sistem informasi penanggulangan bencana senilai 1,989 miliar yen.

Di Indonesia yang sering mengalami bencana alam, yang menjadi tantangan darurat adalah cara menyelesaikan masalah pemutusan informasi dan keterlambatan penyampaian informasi pada saat terjadinya bencana.

Lewat proyek ini, sistem penanganan dan penyampaian informasi penanggulangan bencana akan dipergunakan, sehingga diharapkan bertambahnya kurang lebih 1,7 kali lipat badan yang menyampaikan peringatan dini tentang gempa bumi serta tsunami pada 2024 dibandingkan pada 2017.

Selain itu, diharapkan jumlah informasi akan ditambah kurang lebih tiga kali lipat dan kecepatan penyampaikan informasi juga dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, warga bisa mendapatkan informasi bencana alam lebih cepat serta tepat, dan juga dapat berkontribusi untuk mengurangi dampak bencana alam serta membentuk masyarakat yang aman melalui penguatan keamanan masyarakat.

Selain ketiga proyek tersebut, Jepang juga memberikan pinjaman untuk mengembangkan saluran air limbah di Jakarta (Zone 6) (Fase 1).

Dengan proyek ini, pemerintah Jepang memberikan pinjaman yen sebesar 30,980 miliar yen kepada pemerintah Indonesia serta pemerintah DKI Jakarta untuk melakukan pembangunan fasilitas pengolahan air limbah dan pembenahan saluran air limbah di provinsi DKI Jakarta.

Dengan adanya proyek tersebut, diharapkan penanganan air limbah menjadi lebih optimal dan dapat ditingkat di wilayah Jakarta, sehingga dapat berkontribusi untuk memperbaiki lingkungan hidup serta meningkatkan kebersihan masyarakat, dan untuk penyediaan air bersih.

Di provinsi DKI Jakarta, seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat, jumlah penduduk bertambah dan banyak fasilitas perindustrian dibangun. Namun, pembenahan infrastruktur dasar seperi pengolahan air masih belum berkembang.

Hanya 7 persen dari seluruh wilayah DKI Jakarta menggunakan saluran air limbah, sehingga masalah air merupakan masalah yang krusial, diantaranya masalah lingkungan yang disebabkan pencemaran air di bawah tanah serta sungai, dan masalah kesehatan bagi masyarakat Jakarta.

Dengan proyek ini, pada 2028 yang artinya 3 tahun setelah proyek ini selesai, diharapkan bahwa masyarakat Jakarta yang dapat menikmati air bersih mencapai jumlah 195 ribu orang dari 0 orang pada tahun 2016, dan kemampuan penanganan air limbah dapat mencapai 47.000 meter kubik per hari dari 0 meter kubik per hari pada 2016. 

Baca juga: Keuskupan Agung Semarang bentuk tim relawan bencana di Gunung Kidul
Pewarta :
Editor: Sutarmi
COPYRIGHT © ANTARA 2024