Yogyakarta menilai pelatihan budi daya burung berkicau berhasil

id Burung berkicau, budi daya,Dinas pertanian Yogyakarta

Yogyakarta menilai pelatihan budi daya burung berkicau berhasil

Ikustrasi - Lomba Burung Berkicau Piala Sultan HB X Tahun 2011 di pelataran Candi Prambanan Yogyakarta. (FOTO ANTARA/dok.)

Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta menilai pelatihan budi daya burung berkicau yang dilakukan pada 2017 dengan sasaran sekitar 50 warga di Kecamatan Pakualaman memperoleh hasil baik sehinggga program tersebut akan dilanjutkan tahun depan.

“Pelatihan memang tidak dilakukan tiap tahun karena kami ingin melihat bagaimana hasil pelatihan itu selama satu atau dua tahun pascapelatihan. Karena pelatihan 2017 menunjukkan hasil yang baik, maka kami akan kembali menyiapkan program pelatihan pada 2020,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta Sugeng Darmanto di Yogyakarta, Jumat.

Sugeng menyebut, keberhasilan pelatihan budi daya pada 2017 dapat dilihat dari jumlah burung yang kini dimiliki setiap peserta yaitu dari sepasang burung yang diberikan usai pelatihan telah berkembang menjadi puluhan burung.

“Ada yang sudah berkembang menjadi 20 ekor, bahkan ada yang berkembang sampai 50 ekor,” katanya yang menyebut rentang harga Love Bird bisa mencapai Rp350.000 sampai Rp1 juta per ekor dan Kenari Rp1 juta sampai Rp15 juta per ekor.

Meskipun demikian, Sugeng menyebut, jenis burung berkicau yang akan dibudidayakan melalui program pelatihan pada 2020 tidak lagi sama seperti jenis burung yang dibudidayakan pada 2017 yaitu Kenari dan Love Bird.

“Kami akan budi dayakan burung berkicau jenis lain, seperti Murai Batu karena jenis burung ini sedang naik daun. Banyak kelas yang dilombakan untuk jenis ini,” katanya.

Saat ini, kata dia, harga Murai Batu berkisar antara Rp1,5 juta sampai lebih dari Rp5 juta per ekor.

Selain jenis burung yang berbeda, sasaran lokasi pelatihan budi daya pun berbeda yaitu Kelurahan Sorosutan. “Masyarakat di kelurahan ini memiliki keuletan yang cukup dan ada banyak warga yang jadi pembudi daya burung,” katanya.

Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta tidak ingin sekadar memberikan pelatihan budi daya burung berkicau ke masyarakat namun juga berkeinginan agar produk budi daya tersebut memiliki nilai jual yang tinggi.

Sugeng menyebut, tujuan budi daya tidak hanya memperbanyak jumlah burung hasil budi daya tetapi juga meningkatkan kualitas dan kelas burung yang dibudidayakan. “Jika jumlahnya banyak tetapi tidak berkelas, maka nilai jualnya pasti turun,” katanya.

Oleh karena itu, lanjut Sugeng, agar burung hasil budi daya lokal Yogyakarta ini memiliki nilai jual tinggi, maka perlu dilakukan berbagai kegiatan lomba burung berkicau. “Jika burung ini sering mengikuti lomba dan menang, maka nilai jualnya pun akan naik. Bahkan terkadang nilai jualnya tidak masuk akal. Ini yang kami upayakan,” katanya.

Beberapa kegiatan lomba burung berkicau yang diinisiasi Pemerintah Kota Yogyakarta adalah Piala Wali Kota dan Piala Wakil Wali Kota Yogyakarta.

Pada Minggu (16/6), akan digelar lomba burung berkicau Piala Wakil Wali Kota Yogyakarta bertempat di kompleks Balai Kota Yogyakarta dengan mempertandingkan 27 kelas dengan kelas premium yang dilombakan adalah kelas Wakil Wali Kota yang mempertandingkan murai batu dan cucak hijau.
 

Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024