BPBD Yogyakarta rencanakan bangun taman edukasi mitigasi bencana

id BPBD, Taman Mitigasi Bencana, Yogyakarta

BPBD Yogyakarta rencanakan bangun taman edukasi mitigasi bencana

Pos logistik dan relawan BPBD Kota Yogyakarta yang akan dikembangkan sebagai taman mitigasi bencana (ANTARA/Dok. BPBD Kota Yogyakarta)

Yogyakarta (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Yogyakarta berencana membangun taman untuk memberikan edukasi tentang mitigasi bencana guna meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap berbagai potensi bencana di kota itu.

“Untuk sementara ini, taman itu akan diberi nama Tamiya atau Taman Mitigasi Bencana Yogyakarta. Mungkin saja dalam perkembangannya ke depan, namanya bisa berubah,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta Hari Wahyudi di Yogyakarta, Minggu.

Tamiya akan dibangun di bekas SD Negeri Patangpuluhan Kota Yogyakarta.

“Kebetulan, aset bangunan sekolah dasar tersebut baru saja diserahkan ke kami,” katanya.

Saat ini, bangunan SD tersebut telah dimanfaatkan untuk pos logistik dan relawan BPBD Kota Yogyakarta.

“Nantinya, di tempat tersebut akan dikembangkan sebagai Taman Mitigasi Bencana,” kata Hari.

Ia menambahkan akan segera menyusun konsep dan perencanaan untuk pembangunan taman, termasuk mulai mengajukan kebutuhan anggaran melalui anggaran perubahan 2019.

“Selain sarana dan prasarana untuk edukasi mengenai mitigasi bencana, taman tersebut juga akan dilengkapi dengan fasilitas pendukung, seperti ‘wall climbing’, hingga ‘flying fox’. Tentunya dengan tingkat kesulitan yang rendah karena lebih ditujukan untuk anak-anak,” katanya.

Keberadaan fasilitas pendukung tersebut diharapkan menarik minat masyarakat, termasuk anak-anak, untuk lebih mengenal upaya mitigasi bencana sehingga kesadaran dan kewaspadaan mereka terhadap potensi bencana semakin meningkat.

Meskipun demikian, Hari menyebut, pembangunan Tamiya tidak akan dilakukan secara langsung dalam satu tahap, tetapi bertahap.

Beberapa potensi bencana di Kota Yogyakarta, di antaranya gempa bumi, angin kencang, longsor, dan banjir.

Hari menyebut setelah aset bangunan SD diserahkan, banyak relawan yang membantu membersihkan bangunan tersebut.

“Selain untuk pos logistik, bangunan bekas SD itu juga akan digunakan sebagai tempat pertemuan bagi relawan dan BPBD, termasuk dari kampung tangguh bencana,” katanya.

Selama ini, BPBD Kota Yogyakarta mengalami kesulitan menemukan tempat yang luas dan representatif untuk mengumpulkan seluruh relawan dan pengurus kampung tangguh bencana.

“Jika dikumpulkan sekaligus, jumlahnya sangat banyak mencapai ratusan sehingga membutuhkan tempat yang luas,” katanya.
Baca juga: UNESCO menetapkan Samota sebagai Cagar Biosfer