Kulonprogo targetkan wilayahnya bebas malaria pada 2021

id malaria kulonprogo,sertifikat bebas malaria

Kulonprogo targetkan wilayahnya bebas malaria pada 2021

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kulon Progo Baning Rahayujati saat memberikan pemaparan mengenai upaya menuju Kulon Progo bebas malaria tahun 2021. (ANTARA/Sutarmi)

Kulon Progo (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo di Daerah Istimewa Yogyakarta menargetkan wilayahnya bebas dari penyakit malaria dan mendapatkan sertifikat eliminasi malaria pada 2021.

"Diharapkan kesiapannya pada Agustus 2019 sejumlah desa, puskesmas, untuk menggumpulkan dokumentasi, laporan dan kegiatan terkait sertifikasi eliminasi malaria," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kulon Progo Baning Rahayujati di Kulon Progo, Senin.

"Kegiatan surveilans termasuk surveilans migrasi, penyelidikan epidemiologi, merupakan kegiatan menuju eliminasi malaria kabupaten, provinsi dan nasional. Dokumentasi dan pelaporan perlu ditingkatkan pelaksanaannya di semua puskesmas...," kata Baning.

Ia menjelaskan sertifikat bebas malaria bisa didapatkan kalau berdasarkan hasil pemantauan selama tiga tahun kasus penularan malaria secara lokal tidak ditemukan.

"Penanganan ini terfokus di dusun dengan deteksi secara dini pelaporan cepat ke puskesmas, kualitas pemeriksaan, sosialisasi ke tenaga kesehatan, dan pemantauan minum obat," katanya.

Sementara itu, Konsultan Malaria dari Perbukitan Menoreh Jana Kartika Fitria Sari mengatakan sertifikat bebas malaria bisa didapat kalau dalam waktu tiga tahun berturut-turut bisa dicapai Slide Positivity Rate (SPR) kurang dari lima persen dan Annual Paracite Incidence (API) kurang dari satu per 1.000 penduduk.

"Kabupaten Kulon Progo merupakan satu-satunya kabupaten yang belum memiliki sertifikasi eliminasi malaria, karena terganjal satu masalah, masih adanya kasus penularan setempat di Kulon Progo," kata Jana.

Ia menjelaskan pula bahwa upaya pengendalian penularan penyakit malaria mencakup surveilans epidemiologi, pencegahan dan penanggulangan faktor risiko, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, edukasi dan penyebaran informasi, serta penemuan, tata laksana penanganan, dan tindak lanjut pengobatan penderita malaria.

Jana juga menekankan perlunya pemeriksaan warga yang datang dari daerah endemis malaria untuk memastikan mereka tidak kena malaria dan menularkannya kepada warga yang lain.

Malaria disebabkan oleh protozoa parasit Plasmodium. Penyakit malaria pada manusia disebabkan oleh empat jenis Plasmodium, yakni P. falciparum, P. malariae, P. ovale dan P. vivax.

Parasit malaria menular melalui gigitan nyamuk Anopheles betina, yang utamanya menggigit antara senja hari hingga fajar.

Masa inkubasi malaria tujuh hari atau lebih. Dengan demikian, penyakit demam yang terjadi kurang dari sepekan setelah kemungkinan paparan bukan malaria.

Gejala penyakit malaria antara lain demam, menggigil, sakit kepala, sakit otot, muntah-muntah, batuk, diare, dan sakit perut.

Baca juga: Kulon Progo targetkan bebas malaria 2021
Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024