Pemanfaatan dana kelurahan Yogyakarta didominasi kegiatan fisik

id dana kelurahan, kegiatan fisik, nonfisik, Yogyakarta

Pemanfaatan dana kelurahan Yogyakarta didominasi kegiatan fisik

Salah satu sudut di Kelurahan Warungboto Kota Yogyakarta (Eka Arifa Rusqiyati)

Yogyakarta (ANTARA) - Pemanfaatan dana kelurahan di Kota Yogyakarta yang baru diterima untuk pertama kalinya tahun ini lebih didominasi untuk kegiatan fisik dibanding kegiatan nonfisik seperti yang dilakukan di dua kelurahan, Warungboto dan Pringgokusuman.

“Untuk di Kelurahan Warungboto, dari sekitar Rp352 juta dana kelurahan yang akan diterima, sebanyak Rp288 juta digunakan untuk kegiatan fisik dan sisanya non fisik,” kata Lurah Warungboto Agus Supratikno di Yogyakarta, Senin.

Meskipun sebagian besar dana akan digunakan untuk membiayai kegiatan fisik, namun tiga kegiatan fisik yang direncanakan baru dalam tahap penyusunan dokumen perencanaan yaitu pembangunan konblok, pembangunan saluran air hujan, sumur peresapan air hujan serta perbaikan salah satu Balai RW.

Sedangkan dari empat kegiatan nonfisik yang direncanakan, sebanyak tiga di antaranya sudah bisa dilakukan dan satu kegiatan akan segera direalisasikan. Beberapa kegiatan non fisik yang dilaksanakan di antaranya, pelatihan budidaya lele cendol, lorong sayur, dan pelatihan usaha kecil mikro.

Agus mengatakan ada beberapa kendala yang harus dihadapi karena baru mengelola dana kelurahan untuk pertama kali, di antaranya keterbatasan sumber daya manusia (SDM) di kelurahan.

“Misalnya untuk kegiatan fisik. Kami akan melibatkan pihak ketiga untuk pelaksanaannya. Karena nilai kegiatan kurang dari Rp200 juta, maka kami tidak melakukan lelang tetapi bisa penunjukan langsung,” katanya.

Meskipun demikian, ia memastikan jika seluruh kegiatan fisik dan nonfisik yang dibiayai dengan dana kelurahan sepenuhnya merupakan hasil musyawarah kelurahan dan dipastikan tidak tumpang tindih dengan program lain.

“Kami sudah cek rencana kerja dan memastikan bahwa kegiatan yang didanai dengan dana kelurahan adalah kegiatan yang belum ‘tercover’ dari program lain,” katanya yang menyebut hingga saat ini realisasi penggunaan dana kelurahan di Warungboto mencapai sekitar 30 persen.

Hal senada disampaikan Lurah Pringgokusuman Eni Purwati yang mengatakan anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan nonfisik mencapai sekitar Rp30 juta dan sisanya untuk kegiatan fisik.

“Sampai saat ini, realisasi kegiatan nonfisik sudah sekitar Rp9 juta yaitu untuk RW Siaga, sedangkan untuk kegiatan fisik sudah terealisasi sekitar Rp100 juta yaitu pembangunan konblok dan saluran air hujan. Kedua pekerjaan itu terlaksana sekitar 30 persen,” katanya.

Ia juga menyebut jika keterbatasan sumber daya manusia (SDM) di kelurahan menjadi kendala dalam pengelolaan dana kelurahan. “Tetapi kami terus belajar. Karena ini baru pertama kali sehingga masih ada kendala, khususnya untuk pelaksanaan kegiatan fisik,” katanya.

Ia pun memastikan jika kegiatan yang dilaksanakan dengan dana kelurahan tidak tumpang tindih dengan kegiatan lain. “Kepastian pencairan dana kelurahan memang baru pada Mei. Tetapi, kami sudah cermati dan memastikan bahwa tidak ada kegiatan yang tumpang tindih dengan kegiatan lain,” katanya.

Pada tahun ini, setiap kelurahan di Kota Yogyakarta menerima dana kelurahan sebesar Rp352 juta sehingga total dana yang diterima 45 kelurahan mencapai Rp15,84 miliar. Pada tahap pertama, dana yang sudah dicairkan sekitar Rp7 miliar.

Pencairan dana tahap kedua baru bisa dilakukan jika rata-rata penyerapan dana di seluruh kelurahan pada tahap pertama mencapai 50 persen. Pencairan dana kelurahan tahap kedua ditargetkan bisa dilakukan Agustus.

Baca juga: Penyerapan dana kelurahan tahap pertama di Yogyakarta capai 36 persen
 

Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024