Petani garam di Gunung Kidul alami kendala pemasaran

id Petani Garam Kanigoro,gara gunung kidul

Petani garam di Gunung Kidul alami kendala pemasaran

Rumah produksi rumah garam premium di Desa Kanigoro, Kabupaten Gunung Kidul. (Foto ANTARA/Sutarmi)

Gunung Kidul (ANTARA) - Petani garam di Desa Kanigoro, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kesulitan memasarkan produk karena garam yang dihasilkan termasuk kualitas premium.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Gunung Kidul Krisna Berlian di Gunung Kidul, Rabu, mengatakan harga garam biasa atau kualitas rendah hanya Rp1.500 per kilogram, sedangkan garam kualitas premium mencapai Rp7.500 kilogram (kg).

"Kualitas garam produksi petani garam Kanigoro termasuk kualitas premium. Hal ini sangat dilematis karena masyarakat masih mengesampingkan kualitas garam sehingga garam kualitas premium menjadi kurang diminati masyarakat," kata Krisna.

Ia menyarankan petani garam menurunkan harga jual garam agar permintaan meningkat dan mendongkrak jumlah produksi garam. Ia menyarankan harga jual garam dijual pada kisaran Rp4.500 per kilogram, sekaligus sebagai promosi.

"Usulan saya ditolak oleh para petani. Kami tidak bisa berbuat banyak karena mareka yang memproduksi," katanya.

Sementara itu, Bendahara Kelompok Petani Garam Dadap Makmur, Pantai Dadap Ayam, Triyono mengatakan kelompoknya memang kesulitan menjual garam  produksinya. Selain harga dianggap mahal, masyarakat belum menerima produksi garam mereka karena belum memiliki uji laboratorium.

Menurutnya, uiji laboratorium dibutuhkan untuk mengetahui kandungan garam di Pantai Dadap Ayam sehingga akan meyakinkan konsumen dari luar daerah bahwa garam produksi petani benar-benar berkualitas.

"Saat ini, kami memasarkan produksi haram di sekitar Pantai Dadap Ayam. Nanti kalau uji laboratorium sudah keluar, kami akan memasarkannya lebih luas lagi," katanya.

Triyono mengatakan Kelompok Petani Garam Dadap Makmur mampu memproduksi garam sebanyak 800 kilogram hingga satu ton dalam satu kali produksi. Garam tersebut diproduksi di 10 unit rumah produksi garam.

"Kami berharap pasar dapat menampung dan menerima produk garam kami. Semoga hasil uji lab dapat segera turun karena itu yang dibutuhkan oleh para petani," katanya.
Baca juga: Garam diusulkan kembali masuk kebutuhan pokok