Kerajinan tas kayu industri rumahan Bantul dipasarkan sampai nasional

id Tas kayu,kerajinan UKM,pemasaran UKM

Kerajinan tas kayu industri rumahan Bantul dipasarkan sampai nasional

Tas kayu produk industri rumahan di Sendangsari Pajangan, Bantul. Kerajinan ini diminati konsumen dari Jakarta, Bali dan Bandung. (Foto ANTARA/Hery Sidik)

Bantul (ANTARA) - Kerajinan tas berbahan kayu produk industri rumahan di Desa Sendangsari Pajangan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, dipasarkan ke berbagai kota di dalam negeri di antaranya Jakarta.

"Untuk pasar selama ini masih Jakarta, Bali, dan Bandung, persentasenya hampir sama untuk kota-kota tersebut," kata pemilik industri rumahan tas kayu "Ruaya" Dusun Dadapbong Sendangsari Bantul Dodi Andri di Bantul, Kamis.

Menurut dia, tas berbahan kayu yang diproduksinya tersebut memang memiliki keunikan dan nilai seni tersendiri, sehingga diminati orang-orang yang gemar mengoleksi asesoris guna menunjang penampilan mereka di kota metropolitan tersebut.

Pemasaran ke kota-kota besar tersebut dilakukan setelah pria berambut gimbal yang mempromosikan produk melalui dalam jaringan atau online ini mendapatkan calon pembeli melalui media sosial, maupun pameran-pameran kerajinan tingkat nasional.

"Kami memang belum ada showroom kerajinan, sehingga pemasaran masih lewat online dan website, peminatnya rata-rata wanita. Kalau untuk (pasar) Yogyakarta masih sedikit, paling hanya tiga persen saja," katanya.

Dia yang dibantu dengan tujuh pekerja, empat orang di bagian produksi dan tiga orang lainnya bagian akhir atau finishing ini rata-rata setiap bulan mampu memproduksi maksimal 50 tas berbahan kayu mindi yang dikombinasikan dengan kulit pada bagian tali.

"Pasarnya cukup bagus, dalam sebulan kami bisa menjual sampai 50 item tas, dan kami lebih cenderung menawarkan produk jadi, karena kalau melayani pesanan dengan model atau desain sendiri kita ribet, sebab keinginan konsumen pasti beragam," katanya.

Dia menyebutkan, tas kayu wanita yang diproduksi ditawarkan dengan harga mulai dari Rp600 ribu sampai Rp1,2 juta per buah tergantung model dan ukuran. Selain tas, pihaknya juga memproduksi kerajinan berbahan kayu lainnya seperti jam kayu dan aksesoris interior rumah lainnya.

Dia menjelaskan, ide awal memproduksi kerajinan kayu ini berawal dari keprihatinan dirinya usai berkeliling ke sentra-sentra perajin pada 2014 yang menemukan bahwa produk mereka dihargai rendah, padahal karya yang dihasilkan memiliki potensi yang bisa berkembang usahanya.

"Dari situ saya berpikir bagaimana menciptakan inovasi agar bisa menyejahterakan mereka. Kemudian saya bekerja sama dengan para perajin kecil untuk membuat berbagai produk, dan tas kayu ini yang paling laku sejak 2017 sampai sekarang," katanya.
Baca juga: Kawasan Industri Piyungan diharapkan jadi penampung produk IKM