BPBD sebut enam kecamatan di Bantul terdampak kekeringan akibat kemarau

id Kekeringan,kekeringan,musim kemarau,air bersih,dampak kekeringan

BPBD sebut enam kecamatan di Bantul terdampak kekeringan akibat kemarau

Tangki air yang disiapkan BPBD Bantul untuk mendistribusikan bantuan air bersih ke lokasi kekeringan (Foto ANTARA)

Bantul (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menyebut sebagian masyarakat di wilayah enam kecamatan daerah ini terdampak kekeringan atau mengalami kesulitan air bersih akibat musim kemarau panjang 2019.

"Saat ini yang sudah terdampak kekeringan yang jelas di enam kecamatan, dan itu sudah pasti, kecamatan yang terdampak itu ada di Piyungan, Imogiri, Pleret dan Dlingo kemudian Pundong dan wilayah Pandak," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul Dwi Daryanto di Bantul, Selasa (23/7).

Menurut dia, enam kecamatan tersebut mayoritas wilayah terdampak kekeringan karena kemarau panjang yang terjadi sejak Mei lalu, akan tetapi ada sejumlah kecamatan lain yang sebagian kecil wilayahnya sudah mulai merasakan dampak kering karena berkurangnya sumber mata air.

"Kecamatan-kecamatan yang kita sebutkan enam itu yang sebagian besar (wilayah terdampak), tetapi kalau sebagian kecil ada di Kecamatan Kasihan, Pajangan, kemudian Sedayu dan sebagainya," katanya.

Dwi menjelaskan, untuk jiwa yang terdampak kekeringan tersebut diperkirakan mencapai ribuan orang, sebab di satu wilayah atau setiap desa yang terdampak jumlah keluarga rata-rata sebanyak 500 keluarga dengan jumlah jiwa empat orang.

Oleh karena itu, kata dia, sebagai upaya agar masyarakat terdampak kekeringan tetap bisa mengakses air untuk kebutuhan sehari-hari sudah rutin dilakukan distribusi bantuan air ke lokasi terdampak, kemudian BPBD sudah menetapkan status siaga darurat kekeringan untuk antisipasi kekeringan tidak meluas.

"Kalau jumlah KK yang terdampak kalau boleh kita hitung di satu wilayah (desa) rata-rata sekitar 500 KK, berarti dikali empat jiwa ada 2.000 jiwa, 2.000 dikali 15 desa, sehingga cukup signifikan untuk Bantul menetapkan status siaga darurat," katanya.

Dia mengatakan, status siaga darurat kekeringan itu berlaku per Juli sejak surat diterbitkan bupati sampai dengan Oktober nanti, sementara kalau prediksi kemarau terjadi sampai Agustus, namun dimungkinkan masih bisa berlangsung lebih lama lagi.

"Dengan penetapan status siaga darurat kekeringan itu kan kita bisa mengajukan anggaran yang dibutuhkan untuk mengatasi kekeringan, bisa melalui bantuan dana tidak terduga atau pemerintah pusat, kalau sebelumnya tidak bisa," katanya.