Sebanyak 355 telaga di Gunung Kidul kering

id Telaga

Sebanyak 355 telaga di Gunung Kidul kering

Telaga di Gunung Kidul mengering, sehingga warga kesulitan mendapatkan air untuk keperluan mandi, mencuci dan memberi minum hewan ternak. (Foto ANTARA/Sutarmi)

Gunung Kidul (ANTARA) - Sebanyak 355 dari 460 telaga di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai mengering karena tidak ada hujan dalam kurun waktu empat bulan terakhir, sehingga tidak dapat dimanfaatkan masyarakat untuk keperluan mandi cuci dan kakus.

"Di Kabupaten Gunung Kidul memiliki 460 telaga yang tersebar di seluruh kecamatan, namun dari hasil survei Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) sebanyak 355 telaga sudah kering tidak ada air yang bisa dimanfaatkan warga," kata Kepala Bidang Pengairan Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPUPRKP) Gunung Kidul, Taufik Aminudin di Gunung Kidul, Selasa,

Ia memprediksi jumlah telaga yang mengering akan bertambah. Hal ini mengingat prediksi hujan turun baru akan terjadi pada Oktober nanti. "Kalau musim kemarau ini lama, jumlah yang terancam mengering lebih banyak," katanya.



Taufii mengatakan saat musim penghujan seluruh telaga di Gunung Kidul mampu menampung air sebanyak 5.149.954,75 meter kubik. Kemudian saat musim kemarau hanya menyisakan 1.119.386,70 meter kubik.

"Kondisi telaga saat ini sangat memprihatinkan. Warga sudah tidak bisa mandi atau mencuci," katanya.

Ia mengakui kondisi telaga tidak banyak menampung air karena terjadi sedimentasi yang cukup parah. Bahkan, telaga ada yang beralih fungsi menjadi lahan pertanian. Masyarakat ada yang menanami pakan ternak dan padi.



Berdasarkan pantauan di lapangan, dari 460 telaga yang ada di Gunung Kidul, sebanyak 27 telaga yang berubah fungsi.

"Kami mengusulkan ke BBWSSO untuk melakukan pengerukan telaga, supaya saat hujan dapat menampung air maksimal dan dapat dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhaan masyarakat saat kemarau," katanya.

Kepala Seksi Pembangunan, Bidang Pengairan DPUPRKP Gunung Kidul Sigit Swastono menambahkan 27 telaga yang alih fungsi, saat ini kondisinya sudah mati. Telaga-telaga yang mati ini dialihfungsikan untuk kegiatan lain seperti di Desa Jepitu, Kecamatan Girisubo, yang diubah menjadi sekolahan.



Menurut dia, keberadaan telaga digunakan untuk menampung air, sehingga bisa untuk saluran irigasi ataupun mencukupi kebutuhan sehari-hari seperti memberi minum ternak pada saat kemarau.

"Telaga dangkal tidak bisa digunakan, masyarakat merubah menjadi lahan pertanian," katanya.