Pengembangan riset dinilai penting untuk menciptakan generasi pencari solusi

id olimpiade penelitian siswa indonesia, riset, smp

Pengembangan riset dinilai penting untuk menciptakan generasi pencari solusi

Siswa SMP Negeri 10 Yogyakarta mendemonstrasikan pengisi baterai telepon selular menggunakan dinamo dalam kegiatan Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia jenjang SMP di Kota Yogyakarta (Eka Arifa Rusqiyati)

Yogyakarta (ANTARA) - Pengenalan dan pengembangan riset sejak dini, salah satunya melalui Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia tingkat SMP di Kota Yogyakarta dinilai sebagai salah satu upaya penting dalam menciptakan generasi muda yang gemar mencari solusi.

“Anak-anak perlu dibiasakan untuk sensitif terhadap permasalahan yang ada di lingkungannya untuk kemudian mencari tahu penyebab dan memberikan solusi atas masalah tersebut. Artinya, mereka akan menjadi generasi pencari solusi dan bukan generasi pembuat masalah,” kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi di sela Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia jenjang SMP di Kota Yogyakarta, Rabu (24/7).

Menurut Heroe, penelitian yang dilakukan oleh siswa SMP di Kota Yogyakarta yang kemudian diadu dalam olimpiade tersebut sebagian besar berisi upaya yang bisa dilakukan siswa untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi sehari-hari.

Beberapa penelitian tersebut di antaranya mengenai pengaruh gawai terhadap perilaku, hingga membuat baterai dari bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitarnya.

“Artinya, anak-anak ini sensitif dengan permasalahan di lingkungan sekitar dan kemudian berusaha mencari solusi. Ini yang penting untuk terus dikembangkan sehingga solusi yang nanti ditawarkan oleh siswa bisa benar-benar menyelesaikan masalah,” katanya.

Oleh karena itu, ia pun meminta agar Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta mulai mengalokasikan dana untuk kebutuhan riset sehingga kegiatan penelitian yang dilakukan siswa bisa terarah dan hasilnya pun maksimal.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Budi Ashrori mengatakan, kegiatan Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia tingkat Kota Yogyakarta diikuti oleh 75 kelompok yang terbagi dalam tiga kategori yaitu bidang teknik dan rekayasa sebanyak 24 karya, bidang IPA dan lingkungan 25 karya serta bidang IPS dan kemanusiaan 26 karya.

Setelah dilakukan seleksi, sebanyak 48 karya dinyatakan lolos. Masing-masing 15 karya bidang teknik dan rekayasa, 16 karya bidang IPA dan lingkungan serta 17 karya bidang IPS dan kemanusiaan.

“Karya terbaik bisa mengikuti lomba di jenjang yang lebih tinggi. Bahkan, siswa-siswa SMP di Kota Yogyakarta juga memiliki prestasi baik di ajang yang sama di tingkat internasional,” katanya.

Pada tahun ini, siswa SMP Negeri 5 Yogyakarta, bahkan memperoleh medali emas di bidang lingkungan saat berlaga di Malaysia dengan karya limbah daun asam sebagai baterai.

Selain itu, siswa SMP Negeri 5 Yogyakarta juga meraih medali perunggu di Turki dengan karya selai kacang mentega untuk diabetes, serta sisik ikan untuk bumbu masak dan meraih medali perak untuk karya detektor longsor.

Sedangkan di Bali, siswa SMP Negeri 5 Yogyakarta meraih medali perak dan “special award” untuk karya abdi dalem Keraton Yogyakarta dalam pewaris empat watak satria.

Dalam olimpiade tersebut, Pemerintah Kota Yogyakarta juga menetapkan SMP Negeri 5 sebagai SMP riset.

Sejumlah karya yang ditampilkan dalam olimpiade yang digelar di Taman Pintar Yogyakarta tersebut di antaranya, tongkat untuk mengisi daya baterai telepon selular karya siswa SMP Negeri 10 Yogyakarta.

Tongkat tersebut ditempelkan di badan dinamo yang sudah dipasang ban berukuran kecil yang kemudian bisa digerakkan di tanah. Sembari bergerak atau bersepeda, maka telepon selular yang sudah dihubungkan dengan kabel ke dinamo bisa terisi dayanya.

“Idenya karena sering kehabisan daya telepon selular. Sembari bergerak sekitar dua menit, maka daya ponsel bisa terisi satu persen. Ini untuk kebutuhan darurat,” kata siswa SMP Negeri 10 Yogyakarta Nadia Mazaya.

Sedangkan siswa SMP Negeri 5 Yogyakarta melakukan penelitian pembuatan etanol dari biji buah nangka atau sering disebut beton.

“Beton dikukus dan ditumbuk kemudian diberi ragi dan didiamkan selama beberapa waktu. Hasil fermentasi tersebut kemudian dipanaskan dan disuling sehingga menghasilkan etanol,” kata siswa SMP Negeri 5 Yogyakarta Zakiya.

Baca juga: Mahasiswa UGM menciptakan fondasi tahan gempa dari "shockbreaker" motor

Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024