Kabupaten Bantul ditunjuk sebagai kabupaten untuk lokus penanggulangan stunting

id Stunting,kekerdilan

Kabupaten Bantul ditunjuk sebagai kabupaten untuk lokus penanggulangan stunting

Foto ilustrasi (Istimewa)

Bantul (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan bahwa pada tahun ini Bantul ditunjuk oleh pemerintah pusat sebagai salah satu kabupaten untuk lokasi khusus (lokus) dalam penanggulangan stunting.

"Untuk Bantul dipilih oleh pusat dalam hal ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional ( Bappenas) sebagai salah kabupaten untuk lokus penanggulangan stunting," kata Kepala Seksi (Kasi) Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinkes Bantul Anugerah Windyasari di Bantul, Rabu.

Menurut dia, karena dipilih sebagai lokus tersebut, maka Bantul memperoleh anggaran khusus untuk kegiatan maupun sarana pendukung dalam penanggulangan kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis itu.

"Kalau upaya kita secara reguler sebelum dijadikan lokus stunting sudah kita lakukan, hanya dengan adanya kabupatan ditunjuk sebagai lokus stunting ada tambahan anggaran untuk penanggulangan stunting khususnya di 10 desa," katanya.

Sepuluh desa itu adalah Desa Patalan Jetis, Desa Canden Jetis, Desa Terong Dlingo, Desa Argodadi Sedayu, Desa Triharjo Pandak, Desa Triwidadi Pajangan, Desa Jatimulyo Dlingo, Desa Timbulharjo Sewon, Desa Sendangsari Pajangan dan Desa Trimulyo Jetis.

"10 desa lokus itu murni dari pusat yang sudah menerima laporan data dari kami, kemungkinan penentuan itu berdasarkan jumlah, jadi desa itu ditengarai memiliki angka stunting lebih tinggi dibanding desa lain," katanya.

Anugerah mengatakan, tambahan anggaran untuk kegiatan penanggulangan stunting di Bantul sekitar Rp750 juta untuk kegiatan pelatihan kader, mendampingi keluarga dan menyusun peraturan bupati dan evaluasi peran karang taruna.

"Kita juga diberi alat untuk pengukuran bayi balita untuk tiap puskesmas ada lima set alat dan ada alat untuk ukur kesehatan lingkungan, alat cetakan jamban karena penyebab stunting juga di masalah sanitasi akibat ketiadaan jamban," katanya.

Dia mengatakan, dalam upaya menanggulangi stunting itu Dinkes akan melakukan intervensi di seribu hari pertama sejak ibu hamil sampai balita usia dua tahun, dengan pelayanan kesehatan untuk memastikan kondisi kesehatannya dan asupan makanannya.

"Kalau ada ibu hamil atau kurang gizi kita berikan makanan tambahan (PMT), yang tidak sehat kita lakukan pelayanan kesehatan, bila perlu kita rujuk," katanya.

Selain itu, kata dia, di setiap puskesmas  ada kelas ibu hamil, kunjungan oleh dokter apabila ada ibu hamil beresiko untuk merawat bagaimana supaya hamilnya sehat sampai proses kelahiran.

"Setelah bayi lahir maka kita selalu kampanyekan dan imbau bahwa setiap bayi baru lahir harus diberi inisiasi menyusu dini (IMD), tapi dengan tetap melihat kondisi ibu maupun bayi. Itu selalu kita edukasikan ke ibu," katanya.

Dia mengatakan, angka stunting di Bantul pada akhir 2018 sebesar 9,7 persen dari jumlah atau populasi balita, dengan program tersebut harapannya angka stunting semakin turun secara bertahap hingga 2021.

"Target secara angka dari nasional tidak ditetapkan, tapi kita berharap ada penurunan. Namun ini jangka panjang, jadi kalau kita intervensi di 2019 setelah dua tahun baru diketahui, paling tidak 2021 harapannya anak dari ibu hamil sekarang tidak stunting," katanya.

Baca juga: Dinkes sebut angka stunting di Bantul di bawah ambang batas WHO