Era ekonomi digital membutuhkan pengarusutamaan etika

id ekonomi, umy

Era ekonomi digital membutuhkan pengarusutamaan etika

Kepala Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah (UMY) Dr Imamudin Yuliadi (foto istimewa)

Yogyakarta (ANTARA) - Kepala Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah (UMY) Dr Imamudin Yuliadi menegaskan era ekonomi digital membutuhkan pengarusutamaan etika.

"Bagaimanapun era disrupsi, selain butuh inovasi juga mutlak perlu dipandu dengan etika. Ekonomi tidak bebas nilai, maka perlu pengarusutamaan etika dan nilai keadilan berekonomi," katanya di Yogyakarta, Senin.

Pada "technical meeting" International Conference on Islamic Economics and Financial Inclusion (ICIEFI) di Kampus Terpadu UMY, Imamudin mengatakan isu inovasi dan sustainabilitas menarik untuk dikaji karena membawa aspek peluang dan risiko.

Menurut dia, semakin terbukanya akses kepada pasar dalam era digital saat ini memudahkan transaksi ekonomi karena sirkulasi barang dan jasa dihubungkan dengan teknologi digital.

"Di sisi lain, mulai muncul 'cyber crime', 'money laundering, dan dan kejahatan ekonomi lainnya," kata Imamudin.

Berdasarkan Fintech Report 2018, kata dia, transaksi fintech di Indonesia tumbuh 16,3 persen setahun dengan nominal 22,338 miliar dolar AS.

Dengan jumlah populasi lebih dari 250 juta orang, penetrasi internet di atas 100 juta orang, pengguna aktif media sosial di atas 100 juta orang, serta pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil 5 persen per tahun, maka inovasi di bidang teknologi akan terus berkembang pesat.

"Hal itu memerlukan panduan nilai dan kebijakan yang memadai," kata Imamudin.

Ia mengatakan, tak bisa dipungkiri bahwa digitalisasi telah menjadi tren dan mentransformasi gaya hidup manusia.

"Keberadaan taksi daring, berbagai lapak digital atau 'marketplace' dan teknologi finansial telah memberikan perubahan cara manusia berperilaku dalam berekonomi," katanya. 

Berkaitan dengan hal itu, Program Studi Ilmu Ekonomi UMY menggelar konferensi internasional mengenai Ekonomi Islam dan Inklusi Keuangan. Tahun ini tema konferensinya tentang mencari keseimbangan aspek inovasi dan aspek sustainabilitas.

Panitia ICIEFI 2019 Ahmad Ma'ruf mengatakan konferensi yang digelar keempat kalinya ini akan berlangsung selama dua hari, 30-31 Juli 2019, diikuti oleh 126 akademisi dari berbagai kampus dari enam negara, yakni Inggris, Jepang, Taiwan, Filipina, Malaysia, dan Indonesia.

"Kegiatan internasional ini diharapkan menjadi media bertemunya para cendekia dari berbagai negara untuk berdiskusi dan mencari solusi mengenai bagaimana menemukan keseimbangan di tengah pesatnya inovasi dengan tetap menjaga sustainabilitas dalam bidang pembangunan, khususnya keuangan maupun bisnis berbasis digital," katanya.
 
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024