Yogyakarta akan mengoptimalkan fungsi KIA melalui integrasi KMS

id KIA, kartu identitas anak,hari anak

Yogyakarta akan mengoptimalkan fungsi KIA melalui integrasi KMS

Penyerahan “Suara Anak Kota Yogyakarta 2019” kepada Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi dalam acara peringatan Hari Anak Nasional. Suara Anak tersebut berisikan berbagai keinginan dari anak Kota Yogyakarta (Eka Arifa Rusqiyati)

Yogyakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Yogyakarta akan mengoptimalkan fungsi Kartu Identitas Anak melalui integrasi dengan kartu menuju sejahtera yang diterima setiap keluarga miskin yang masuk dalam program keluarga sasaran jaminan perlindungan sosial.

“Selama ini, fungsi Kartu Identitas Anak (KIA) masih terbatas. Biasanya hanya untuk kebutuhan kesehatan. Oleh karena itu, optimalisasi fungsi atau kepemilikan KIA harus terus didorong. Salah satunya mengintegrasikannya dengan Kartu Menuju Sejahtera (KMS),” kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi di sela peringatan Hari Anak Nasional (HAN) Kota Yogyakarta di Yogyakarta, Rabu (31/7).

Menurut dia, integrasi data anak yang memiliki KIA dengan data KMS akan memudahkan anak dari keluarga penerima program keluarga sasaran jaminan perlindungan sosial (KSJPS) untuk memperoleh berbagai advokasi dari pemerintah daerah.

“Misalnya, memperoleh buku, seragam sekolah, dan kebutuhan lainnya. Akan lebih baik jika bisa langsung terintegrasi dengan kartu pelajar,” kata Heroe.

Dalam peringatan Hari Anak Nasional di Kota Yogyakarta, optimalisasi manfaat KIA bagi anak menjadi satu dari 10 poin Suara Anak yang Kota Yogyakarta disampaikan perwakilan anak dalam kegiatan tersebut.

Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta, sekitar 71 persen dari anak-anak di Kota Yogyakarta sudah memiliki KIA. Dalam peringatan Hari Anak Nasional, juga dibuka layanan pembuatan KIA melalui mobil layanan keliling. KIA diberikan sebagai identitas anak yang berlaku hingga anak berusia 17 tahun kurang satu hari.

Selain KIA, dalam Suara Anak tersebut juga disampaikan beberapa poin permintaan seperti penyediaan ruang ekspresi, bakat dan minat, optimalisasi layanan kesehatan pada anak dengan Puskesmas ramah anak, mewujudkan seluruh sekolah sebagai sekolah ramah anak, menolak promosi atau iklan rokok di sekolah, bantuan hukum, hingga mewujudkan pengusaha sahabat anak.

“Saya kira, sebagian besar poin yang disampaikan anak-anak Kota Yogyakarta sudah kami wujudkan. Tetapi perlu penguatan di beberapa aspek, seperti asosiasi pengusaha sahabat anak,” kata Heroe.

Dalam penilaian penghargaan Kota Layak Anak tahun ini, Heroe mengatakan, Kota Yogyakarta masih memiliki kelemahan dalam penguatan peran pengusaha atau sektor swasta dalam mendukung upaya pemerintah mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Layak Anak.

“Sektor swasta bisa diajak untuk mewujudkan berbagai fasilitas yang ramah anak, misalnya ruang terbuka hijau publik,” katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Perlindungan Perempuan dan Anak (DPMPPA) Kota Yogyakarta Edy Muhammad mengatakan, upaya Kota Yogyakarta menjadi Kota Layak Anak sudah dilakukan melalui berbagai cara.

“Salah satunya membentuk forum anak, dan kemudian penguatan forum. Sekolah dan kampung juga terus diupayakan sebagai tempat yang ramah anak,” katanya.

Pada tahun ini, Kota Yogyakarta mampu mempertahankan predikat sebagai Kota Layak Anak kategori nindya meskipun sebelumnya berharap mampu meraih penghargaan untuk kategori utama.

Meskipun demikian, capaian yang ditorehkan Kota Yogyakarta dinilai cukup baik karena selama ini Yogyakarta tidak terpilih sebagai “pilot project” Kota Layak Anak sehingga predikat untuk kategori nindya dicapai secara bertahap. Tahun depan, Yogyakarta berharap dapat meraih predikat untuk kategori utama.

Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024