Dinas: hewan kurban yang mengamuk harus diperlakukan khusus

id Hewan kurban,Sleman

Dinas: hewan kurban yang mengamuk harus diperlakukan khusus

Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, DP3 Kabupaten Sleman Harjanto. (Foto Antara/Victorianus Sat Pranyoto)

Sleman (ANTARA) - Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyebutkan hewan kurban yang mengamuk saat penyembelihan harus diperlakukan secara khusus untuk meredakan stres pada hewan tersebut.

"Tidak jarang ada kejadian hewan kurban yang mengamuk dan lepas saat akan disembelih. Ini dimungkinkan karena hewan mengalami stres. Perlu perlakuan khusus agar hewan kurban kembali dapat dijinakkan," kata Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, DP3 Kabupaten Sleman Harjanto di Sleman, Jumat.

Menurut dia, perlakuan khusus tersebut di antaranya jika sapi lepas dan lari jangan dikejar oleh banyak orang, karena akan menambah stres.

"Cukup dua orang saja, dan saat mengejar juga membawa seekor sapi dan tali karena dengan membawa sapi akan membuat sapi yang lepas lebih tenang sebab merasa ada temannya," katanya.

Ia mengatakan, setelah tenang baru kemudian sapi yang lepas diikat dengan tali, dan tali tersebut diikatkan dengan sapi satunya dan digiring jalan beriringan.

"Selain agar sapi lebih tenang, juga jika nanti kembali mengamuk maka dapat tertahan oleh sapi yang satunya," katanya.

Harjanto juga memastikan stok ternak untuk memenuhi kebutuhan  Idul Adha sangat mencukupi. "Jumlah populasi ternak sapi di Sleman saat ini ada sekitar 38.000 ekor," katanya.

Menurut dia, semua hewan kurban merupakan hasil budi daya kelompok ternak yang ada di Sleman dan tidak ada sapi pemakan sampah yang berasal dari luar daerah.

"Semuanya merupakan sapi-sapi lokal dan diberi pakan yang wajar, tidak ada yang memakan sampah. Di samping itu di Sleman tidak ada tempat pembuangan akhir sampah," katanya.

Ia mengatakan, untuk tips cara memilih hewan ternak yang sehat dan layak untuk dijadikan kurban yang paling mudah adalah memperhatikan bagaimana hewan tersebut makan.

"Jika lahap makan, ternak dalam kondisi sehat. Sebaliknya jika hewan sedang sakit, secara fisik akan tampak lesu.Jika ragu-ragu, masyarakat bisa konsultasi ke poskeswan untuk minta bantuan pemeriksaan ternak. Di sana ada layanan aktif dan semi aktif," katanya.

Harjanto mengatakan, untuk sapi yang terinfeksi parasit tidak bisa dilihat secara kasat mata. Namun upaya pencegahan kontaminasi cacing hati terhadap hewan ternak sudah rutin dilakukan di tiap-tiap kandang kelompok.

"Daging sapi tetap dapat dikonsumsi meski ditemukan infeksi cacing di dalam bagian hatinya sebab kontaminasi cacing hati tidak berpengaruh terhadap kualitas daging," katanya.

Ia mengatakan, yang perlu mendapat perhatian adalah tingkat infeksi cacing tersebut. Jika hanya sedikit bagian hati yang terinfeksi, bisa dihilangkan dan sisanya dapat dikonsumsi.

"Namun jika lebih dari 70 persen bagian hati mengalami infeksi, sebaiknya dimusnahkan karena tidak layak untuk dikonsumsi," katanya.

Ia juga mengimbau penanganan daging kurban setelah disembelih, terutama penanganan "jeroan" agar tidak dicuci di sungai atau irigasi.

"Kami imbau untuk membuat lubang khusus untuk menampung isi jeroan. Jangan buang di sungai karena akan mencemari lingkungan apalagi sekarang musim kemarau, debit air kecil," katanya.
 
Pewarta :
Editor: Sutarmi
COPYRIGHT © ANTARA 2024