Enam ledakan bom di Bangkok warnai pertemuan Keamanan Asia Tenggara

id Ledakan bom,Bangkok,Pertemuan keamanan

Enam ledakan bom di Bangkok warnai pertemuan Keamanan Asia Tenggara

Ilustrasi: Ahli forensik kepolisian melakukan penyelidikan di lokasi ledakan pada jalan yang menghubungkan jalur kereta dengan mal pusat kota Bangkok, Senin (2/2). Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha memerintahkan memperketat keamanan di Bangkok setelah adanya ledakan bom kecil mengguncang pusat perbelanjaan mewah dan memicu ketegangan di kota yang berada dalam darurat militer sejak kudeta Mei tahun lalu. (REUTERS/Chaiwat Subprasom )

Bangkok (ANTARA) - Enam ledakan bom minor melukai sedikitnya empat orang di Bangkok pada Jumat saat Ibu Kota Thailand itu menjadi tuan rumah pertemuan keamanan Asia Tenggara dengan sejumlah diplomat tinggi dari Amerika Serikat, China dan kekuatan dunia lainnya.

Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha memerintahkan penyelidikan aksi pengeboman, yang mencoreng citra Thailand selama pertemuan penting dan dua pekan setelah mantan militer junta beralih ke pemerintahan sipil.



Ledakan kecil pertama terdengar tepat sebelum pukul 9 pagi waktu setempat di dua lokasi di pusat kota Bangkok. Ledakan susulan menghantam kompleks pemerintah, yang menjadi lokasi sejumlah kementerian di utara kota tersebut.

Menurut Pusat Medis Erawan, empat orang terluka.

Tiga dari empat korban luka merupakan perempuan petugas kebersihan jalanan saat apa yang disebut polisi sebagai "bom ping-pong" meledak. Sejumlah gambar di situs lokal menunjukkan mereka terlihat syok dan sedang mendapat perawatan medis.



Seorang korban lainnya berada di dekat gedung King Power Mahanakhon berlantai 77, salah satu yang tertinggi di Bangkok. Kolonel Polisi Kamtorn Uicharoen mengatakan kepada Reuters bahwa sebanyak enam bom meledak. Satu di antaranya ditemukan sebelum meledak.

"Telinga saya pengang. Suara ledakan begitu keras," ungkap sopir taksi, Chokechai Prasongsan.

Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas ledakan tersebut.



Sumber: Reuters