Rektor UII mengajak masyarakat pikirkan masa depan keturunannya

id Shalat id,pikirkan masa depan keturunan,masa depan keturunan,Rektor UII ajak masyarakat pikirkan masa depan,ajak masyara

Rektor UII mengajak masyarakat pikirkan masa depan keturunannya

Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Fathul Wahid menyampaikan khutban Idul Adha di Alun-alun Utara, Yogyakarta, Minggu. (FOTO ANTARA/Luqman Hakim)

Yogyakarta (ANTARA) - Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Fathul Wahid mengajak masyarakat meneladani Nabi Ibrahim dengan berpikir jangka panjang untuk kepentingan masa depan keturunan mereka dalam berbagai aspek.

"Nabi Ibrahim sangat peduli dengan masa depan keturunannya baik dari aspek keimanan dan kesejahteraan," kata Fathul Wahid dalam khutbahnya seusai Shalat Idul Adha di Alun-Alun Utara, Yogyakarta, Minggu.

Dalam konteks saat ini, menurut Fathul, teladan dari Nabi Ibrahim antara lain dapat diterapkan dalam pembangunan, pengelolaan lingkungan, hingga merawat persatuan bangsa.

"Kita tidak serius dalam membangun bangsa akan berdampak pada keturunan kita. Kita tidak serius mengelola lingkungan akan berdampak pada keturunan kita. Kita tidak serius memelihara persatuan juga berdampak pada keturunan kita," kata dia.

Nabi Ibrahim, kata Fathul, juga memberikan teladan untuk menghormati orang tua serta mendoakannya. Di sisi lain nabi berjuluk "bapak para nabi" itu juga sangat menghormati serta mau mendengarkan pendapat anaknya. "Saat diperintah menyembelih Nabi Ismail. Nabi Ibrahim bahkan bertanya kepada Nabi Ismail tentang pendapatnya. Sangat demokratis," kata dia.

Sementara itu, Fathul juga mengajak masyarakat merefleksikan kemerdekaan yang hampir bersamaan dengan Idul Adha. Menurutnya, kemerdekaan yang telah diraih pendahulu bangsa dengan air mata, darah, dan nyawa, harus bisa terus diperbarui dalam konteks mengisi kehidupan.

Sebagai muslim, ia mengajak selalu bersyukur kepada Tuhan yang Maha Esa. Menurutnya, tanpa rahmat dari Tuhan, kemerdekaan akan sulit diraih hingga saat ini.

"Mudah-mudahan kemerdekaan ini menjadi rahmat, bukan menjadi azab bagi negara atau bangsa," kata Fathul Wahid.