Sleman (ANTARA) - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menegaskan melalui kemajuan telepon seluler (ponsel)berdampak pada perkembangan digital di Indonesia sungguh luar biasa dan secara ekonomi menumbuhkan kemampuan ekonomi yang baru.
"Target kita pada 2020 ekonomi digital kita sudah mencapai 130 miliar Dolar atau lebih dari 11 persen dari GDP Indonesia. Angka tersebut sungguh luar biasa," kata Rudiantara pada acara Audabe Kongres Pancasila di halaman Balairung Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Rabu sore.
Menurut dia, ekonomi nasional luar biasa itu menghasilkan pemain-pemain baru, anak-anak muda baru yang usianya tidak lebih dari 40 tahun tapi sudah menjadi miliarder dalam Dolar atau triliuner dalam Rupiah.
"Kita tahu aplikasi-aplikasi seperti Go-jek, Tokopedia, Bukalapak, Traveloka sudah menjadi unicorn atau bahkan decacorn, yaitu perusahaan digital yang mempunyai valuasi minimal satu miliar dolar," katanya.
Ia mengatakan pertumbuhan ekonomi digital membuat teori baru bahwa ekonomi digital menurunkan tingkat kemiskinan, dan menurunkan tingkat kesenjangan, di Indonesia.
"Karena, satu, ekonomi digital senantiasa berbasis ekonomi-ekonomi yang berbagi. Kedua menumbuhkan digital uang, menumbuhkan enterpreneur-entrepreneur baru," katanya.
Ia mengatakan, kita dapat lihat di Tokopedia ada tujuh juta merchant, di Bukalapak pelapak nya lebih dari lima juta, Tokopedia 70 persen merconnya adalah yang tadinya belum pernah berusaha, setelah ada platform baru mereka berusaha menjadi merchant-nya dari Tokopedia.
Kemudian, sebelumnya driver-driver Go-jek itu terbatas, namun sekarang siapapun sarjana bahkan menjadi ojek online. Termasuk sekarang anak muda dompetnya, tidak berisi uang, tetapi sudah berupa uang digital.
"Semua berkembang dengan cepat menjadikan ekonomi Indonesia adalah negara dengan ekonomi terbesar di ASEAN," katanya.
Rudiantara mengatakan, Yogyakarta menjadi salah satu pusat pertumbuhan dari spora atau IG developer salah satu yang paling besar adalah disuplai dari Yogyakarta.
"Sebetulnya konsep startup konsep, unicorn itu lebih koperasi, merupakan gotong royong-gotong dan royong adalah bagian dari Pancasila," katanya.
Namun demikian digital juga seperti pedang bermata dua, mempunyai sisi-sisi yang negatif terutama yang berkaitan dengan berita bohong dan lain sebagainya bahkan sampai kepada yang bersifat mengadu domba.
"Sebetulnya bukan karena kita memasuki era digital, sejak jaman Rasul ada yang namanya fitnah, sejak jaman Nabi Isa ada juga. Namun bukan berarti kita menerima bahwa hoax itu harus ada, kita harus bijak dalam menangani. Kominfo menangani yang masalah ini, yang berbahaya," katanya.
Berita Lainnya
KAI Yogyakarta operasikan lima KA jarak jauh tambahan saat libur Paskah
Jumat, 29 Maret 2024 17:39 Wib
Pakar UGM minta optimalkan kampung wisata sambut libur Lebaran 2024
Jumat, 29 Maret 2024 4:09 Wib
Tim Jibom Gegana Polda DIY sterilisasi sejumlah gereja di Kota Yogyakarta
Kamis, 28 Maret 2024 22:00 Wib
Gunung Kidul, DIY, diguncang gempa
Kamis, 28 Maret 2024 19:48 Wib
Polda DIY menyiapkan skema antisipasi kepadatan mudik Lebaran 2024
Kamis, 28 Maret 2024 5:51 Wib
Menko Polhukam membahas tantangan digitalisasi di Ponpes Krapyak
Rabu, 27 Maret 2024 22:36 Wib