Kemendikbud mendorong Gunung Kidul kembangkan pariwisata berbasis budaya

id Pariwisata gunung kidul,Pariwisata budaya

Kemendikbud mendorong Gunung Kidul kembangkan pariwisata berbasis budaya

Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Kemendikbud, Nadjamuddin Ramli bersama Wakil Bupati Gunung Kidul Immawan Wahyudi. ANTARA/Sutarmi

Gunung Kidul (ANTARA) - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendorong Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengembangkan pariwisata berbasis budaya, sehingga warga yang tinggal di luar kawasan wisata bisa ikut sejahtera.

Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Kemendikbud Nadjamuddin Ramli di Gunung Kidul, Rabu, mengatakan potensi pariwisata yang ada di Gunung Kidul telah mendongkrak kesejahteraan masyarakat, utamanya di kawasan pesisir yang memang memiliki kekayaan pantai yang indah.

Namun demikian, maraknya pariwisata Gunung Kidul nampaknya masih belum cukup berdampak bagi masyarakat di kawasan nonwisata.

“Omong kosong jika berbicara wisata tidak bicara budaya. Apa yang mau dijual pariwisata tanpa ada budaya bisa naik kalau bahan-bahan budayanya ditampilkan untuk mendorong pariwisata,” kata Nadjamuddin.

Nadjamuddin telah mendengar bahwa di Gunung Kidul memiliki berbagai macam kebudayaan di antaranya seperti tradisi rasulan dan nyadran.

Menurutnya, jika pemkab serius mengelola kebudayaan yang ada, maka akan berdampak positif terhadap masyarakat luas.

"Kami kira jika ada festival rasulan, setiap tahun setiap hari jadi akan menjadi penggerak investasi. Di situ, usaha kecil menengah akan ikut bergeliat, maka akan berdampak kepada masyarakat,” kata dia.

Festival yang dimaksud yakni setiap tahunnya di setiap desa menggelar festival. Sehingga jika sudah menjadi agenda rutin, industri di masyarakat akan ikut berkembang.

Selain itu, penting adanya perhatian kepada para pelaku budaya.

Ia mengambil contoh, saat ini kebudayaan hanya sebagai salah satu kegiatan pelengkap.

Banyak kegiatan kebudayaan semacam tari digunakan untuk membuka dan menutup acara semata.

"Hal tersebut menjadi salah satu contoh bahwa kegiatan kebudayaan belum dikelola secara maksimal. Hal ini juga perlu menjadi perhatian pimpinan daerahnya, bupati atau wali kota. Sekarang pelaku seni hanya tampil di awal dan akhir acara bahkan mereka kadang lupa diberi uang transpor,” katanya.

Untuk itu, menurutnya sangat perlu penganggaran untuk kegiatan kebudayaan. Sehingga nantinya, kegiatan kebudayaan dan kearifan lokal yang ada itu mampu menggerakan sektor pariwisata.

“Tanpa honor, mereka juga butuh penyemangat. Birokrasi bergerak itu jika ada anggaran. Temen-temen di pendidikan sibuk dengan berbagai kegiatan karena anggaran. Kemudian di kebudayaan hanya diam, main catur ya karena tidak ada anggaran,” tutup Nadjamuddin.

Ia juga mengingat pentingnya kebudayaan, pemkab perlu memberikan wadah atau lokasi bagi para pelaku seni. Semisal di taman yang ada di Wonosari memberikan spot khusus bagi para pelaku seni.

“Semisal di Taman Kuliner, diadakan pertunjukan atau ada pelaku seni lukis misal. Mereka menempati berkreasi disitu kan bisa menjadi pendapatan mereka ketika ada pengunjung yang bersimpati memberikan uang,” katanya.

Sementara itu, Wakil Bupati Gunung Kidul Immawan Wahyudi mengatakan budaya di Gunung Kidul masih terjaga dengan baik. "Kami akan mengkolaborasikan pariwisata berbasis budaya," katanya.