Yogyakarta (ANTARA) - Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggencarkan program "Humanity Water Tank" atau bantuan distribusi air bersih di Kabupaten Gunung Kidul yang sudah rutin digalakkan sejak Juni 2019.
Agustus ini karena memasuki puncak musim kemarau, intensitas distribusi air bersih lebih dimasifkan dengan rata-rata 6 tangki per hari atau sekitar 20 sampai 30 ribu liter par hari, kata Kepala Cabang ACT DIY, Bagus Suryanto melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Kamis.
Menurutnya, penanggulangan kekeringan sedang dilakukan oleh ACT mulai respon darurat sampai dengan program jangka panjang. Program itu berkolaborasi dengan instansi-instansi terkait seperti Pemkab Gunung Kidul, BPBD dan BMKG Yogyakarta, serta mitra donatur yang secara aktif turut peduli terhadap permasalahan kekeringan yang melanda.
Ia menyampaikan kondisi kekeringan ekstrem yang melanda Gunung Kidul salah satunya adalah karena faktor musim kemarau yang didukung oleh geografis yang didominasi bebatuan Karst (kapur), sehingga air sulit tertahan di atas tanah.
Pada dasarnya bencana kekeringan tidak kalah mengerikannya dengan bencana gempa bumi maupun bencana tsunami, kekeringan memang bukan bencana yang bisa secara langsung berdampak pada kematian, namun kekeringan merupakan bencana yang sangat laten. Kekeringan bukan bencana 'rapid on set' namun 'slow on set'. 'Slow on set' ini memiliki dampak mematikan, jelas Bagus.
Kepala Klimatologi BMKG DIY, Reni Kraningtyas mengatakan pada Agustus 2019 semua wilayah di DIY telah memasuki musim kemarau.
Awal musim kemarau itu berlangsung sejak akhir April sampai pertengahan Mei 2019, bahkan pada bulan Agustus ini semua wilayah DIY diprediksikan mengalami puncak musim kemarau.
BMKG sudah memprediksi periode kemarau tahun 2019 ini (Mei hingga Oktober) akan lebih kering dibanding 2018. Sehingga, perlu kewaspadaan dan antisipasi lebih dini dari pemerintah maupun masyarakat.
Berdasarkan pantauan BMKG DIY hingga awal Agustus 2019, beberapa wilayah DIY sudah mengalami kekeringan meteorologis level ekstrem dimana tercatat ada daerah yang sudah lebih dari 60 hari tidak ada hujan, bahkan ada yang lebih dari 130 hari seperti kabupaten Bantul, terang dia.
Kondisi itu, menurut dia akan memiliki dampak lanjutan terhadap kekeringan pertanian dan kekurangan air bersih masyarakat. Selain itu, ancaman gagal panen bagi wilayah-wilayah pertanian tadah hujan semakin tinggi.
Kolaborasi BMKG dengan ACT sebagai lembaga kemanusiaan, akan terus berlangsung yaitu dengan memberikan update ke ACT terkait hasil monitor dan peringatan dini terkait wilayah-wilayah yang berpotensi mengalami kekeringan, lanjut dia.
Berita Lainnya
Irigasi jebol akibat hanjir, 100 hektare sawah gagal tanam
Kamis, 18 Januari 2024 5:02 Wib
Kulon Progo perpanjang status tanggap darurat kekeringan
Rabu, 6 Desember 2023 19:51 Wib
BPBD Bantul perpanjang Siaga Darurat Kekeringan hingga akhir Desember 2023
Rabu, 6 Desember 2023 10:50 Wib
Awas! picu longsor saat hujan, kekeringan lama di Jawa
Selasa, 21 November 2023 6:52 Wib
Pemkab Kulon Progo memperpanjang status tanggap darurat kekeringan
Senin, 13 November 2023 11:39 Wib
LKBN ANTARA salurkan bantuan air bersih di dua kecamatan di Gunungkidul
Selasa, 7 November 2023 17:58 Wib
Warga Gunung Kidul terdampak kekeringan, Pandawa Ganjar bawa bantuan air bersih
Minggu, 5 November 2023 14:27 Wib
BPBD Gunungkidul menyalurkan air bersih 4.491 tangki kepada masyarakat
Jumat, 3 November 2023 20:23 Wib