Sultan akan terima gelar Doktor Honoris Causa dari UNY

id Sultan HB X,Doktor hinoris causa,UNY

Sultan akan terima gelar Doktor Honoris Causa dari UNY

Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Prof Sutrisna Wibawa (kiri) didampingi Guru Besar Fakultas Bahasa dan Seni UNY  Prof Suminto A. Sayuti saat jumpa pers rencana penganugerahan gelar doktor honris causa kepada Sri Sultan HB X di Ruang Sidang Senat Rektorat UNY, Selasa (3/9/2019. (FOTO ANTARA/Luqman Hakim)

Yogyakarta (ANTARA) - Universitas Negeri Yogyakarta akan menganugerahkan gelar Doktor Honoris Causa (HC) Bidang Manajemen Pendidikan Karakter kepada Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X.

"Kami sudah menyiapkan (gelar Doktor HC) kepada Sri Sultan sejak satu setengah tahun yang lalu," kata Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Prof Sutrisna Wibawa saat jumpa pers di Ruang Sidang Senat Rektorat UNY, Selasa.

Menurut dia gelar akademik tertinggi di bidang Manajemen Pendidikan Karakter itu diberikan berkaitan dengan peran Sultan HB X selaku gubernur dalam mengelola pendidikan di DIY yang selalu disandingkan dengan aspek budaya.

"Beliau sebagai gubernur memiliki keistimewaan bagaimana pendidikan di DIY tidak lepas dari budaya," katanya.

Untuk menyiapkan gelar itu, tim dari UNY mengumpulkan karya-karya serta gagasan Sultan yang tertuang dalam berbagai dokumen pidato, serta daftar riwayat hidup atau curriculum vitae (CV) dari sumber-sumber yang ada utamanya di lingkungan Pemda DIY.

"Karena pendidikan karakter lebih banyak di Pemda mengingat beliau sebagai gubernur," kata Sutrisna Wibawa.

Penganugerahan gelar itu diputuskan setelah melalui kajian oleh tim dan promotor serta sidang di Senat UNY selama dua tahap. Acara seremonial penganugerahan gelar Doktor HC untuk Sultan HB X akan digelar pada Kamis (5/9) di Kampus UNY.

Guru Besar Fakultas Bahasa dan Seni UNY Prof Suminto A. Sayuti selaku promotor mengatakan komitmen Sultan HB X dalam penanaman pendidikan katakter berbasis budaya telah dituangkan dalam Perda DIY terkait kurikulum berbasis budaya. "Itu yang kemudian menjadi kurikulum satu-satunya di Indonesia," kata Suminto.

Selain itu, untuk mendukung tata kelola budaya di DIY sebagai basis pendidikan karakter, Sultan HB X juga telah berperan mendirikan Akademi Komunitas di Jalan Parangtritis, Bantul.Kegiatan di Akademi Komunitas Seni dan Budaya yang telah dimulai pada Tahun Ajaran 2014-2015 ditujukan untuk meningkatkan kualifikasi serta kesejahteraan para seniman di DIY dengan mendapatkan sertifikasi.

Pendirikan Akademi Komunitas bersamaan dengan kemunculan desa budaya di seluruh DIY yang hingga saat ini, terdapat sebanyak 56 desa budaya di DIY.

"Alumnus dari Akademi Komunitas ini diharapkan jadi pendamping desa budaya," kata dia.

Tidak hanya itu, menurut dia, Sri Sultan melalalui Dinas Kebudayaan DIY juga memberikan apresiasi secara periodik kepada para seniman serta budayawan berprestasi di Yogyakarta.

Ia menilai Sultan yang juga Raja Keraton Yogyakarta memiliki kesadaran bahwa tanpa adanya niat yang kuat dalam merestorasi budaya, arus globalisasi berpotensi membuat nilai budaya Indonesia yang adiluhung punah.

"Saya sediri dan teman-teman UNY memaknai itu semua bahwa sesungguhnya 'Ngarso Dalem' (Sultan HB X) tidak hanya bernarasi tentang pendidikan karakter berbasis budaya tetapi juga melakukan praksis itu dengan kesadaran," kata Suminto.