Pemkab anjurkan petani taati pola tanam antisipasi kekeringan

id Petani Bantul

Pemkab anjurkan petani taati pola tanam antisipasi kekeringan

Petani di wilayah Kabupaten Bantul, DIY (Foto ANTARA/Hery Sidik)

Bantul (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menganjurkan para petani pemakai air irigasi di wilayah ini menaati pola dan tata tanam yang ditetapkan sebagai antisipasi kekeringan atau kesulitan air saat musim kemarau.

Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Bantul Yitno di Bantul, Senin, mengatakan musim kemarau panjang 2019 berdampak pada menurunnya ketersediaan air irigasi, sehingga pemanfaatannya harus disesuaikan.

"Untuk antisipasi kekeringan yang sudah enam sampai tujuh bulan tidak hujan di Bantul ini, petani gabungan P3A (perkumpulan petani pemakai air) dan P3A wajib hukumnya menaati pola dan tata tanam, karena berhubungan dengan air," katanya.

Dia mengatakan tanaman yang dianjurkan sesuai dengan pola dan tata tanam saat ini adalah palawija dan bukan tanaman padi, tetapi kalau dipaksa menanam padi, jelas pada musim tanam (MT) ketiga ini kekurangan air dan berdampak pada kegagalan.

"Kalau intensitas air tidak ada, dan petani tidak mengindahkan pola dan tata tanam dari keputusan Pak Bupati ya sudah, ada kegagalan panen, kemudian puso dan itu menjadi tanggungjawab petani," katanya.



Dia mengatakan upaya dari dinas adalah melakukan normalisasi saluran irigasi agar aliran ke lahan pertanian lancar, kemudian menyediakan air dari sungai yang masih ada untuk menambah kecukupan air.

"Kalau untuk rehabilitasi jaringan irigasi tetap ada, dan rehab pemeliharaan, kemudian normalisasi gali sedimen sudah tiap tahun ada, cuma karena waktu musim kemarau agak panjang, kita harus betul-betul ekstra mencarikan kecukupan air," katanya.

Yitno menjelaskan untuk irigasi tanaman padi menggunakan air antara 1,2 sampai 1,5 liter per detik per hektare, sementara palawija menggunakan air 0,2 sampai 0,3 liter per detik per hektare, sehingga petani harus menerapkan pola tanam padi-padi-palawija.

"Karena jelas pada musim tanam ketiga dari Juni sampai September ini kekurangan air, makanya saya buat pola dan tanamnya adalah palawija. Kalau di lapangan ada yang tidak mentaati dan menanam padi itu masih kecukupan air, dalam artian masih bisa dikawal," katanya.