Pertanian dinilai perlu sentuhan generasi milenial

id pertanian, petrokimia gresik,ugm

Pertanian dinilai perlu sentuhan generasi milenial

Kiri ke kanan: Direktur Pemasaran PT Petrokimia Gresik Meinu Sadariyo, Direktur Utama PT Petrokimia Gresik Rahmad Pribadi, Dekan Fakultas Pertanian UGM Jamhari, BPPSDMP Kementerian Pertanian Inneke Kusumawati (istimewa)

Yogyakarta (ANTARA) - Pertanian memerlukan sentuhan dan terobosan generasi milenial untuk mendukung, mengembangkan, dan memajukan sektor tersebut, kata Direktur Utama Petrokimia Gresik Rahmad Pribadi.

"Mahasiswa sebagai generasi milenial mempunyai kontribusi yang penting karena petani kita tua dan gaptek. Kita melihat di sini universitas bisa menjadi katalisator," katanya di Yogyakarta, Rabu.

Pada konferensi pers Jambore Petani Muda di Fakultas Pertanian UGM, Rahmad mengatakan jumlah petani usia produktif di Indonesia terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

"Sementara minat generasi milenial untuk terjun ke sektor pertanian masih minim. Regenerasi petani menjadi isu penting yang perlu diperhatikan seluruh pihak," katanya.

Data Sensus Pertanian 2013 mencatat jumlah rumah tangga petani turun 20 persen dari 79,5 juta menjadi 63,6 juta, atau turun 15,6 juta rumah tangga.

"Bahkan diperparah lagi dengan kondisi 61 persen petani Indonesia telah berusia lebih dari 45 tahun," kata Rahmad.

Dalam upaya menumbuhkan regenerasi petani dan agrosociopreneur di Indonesia, PT Petrokimia Gresik, produsen pupuk dan bahan kimia untuk solusi agroindustri anggota holding PT Pupuk Indonesia (Persero), menggelar rangkaian program Jambore Petani Muda.

"Jambore Petani Muda digelar di 12 perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia, salah satunya UGM di Yogyakarta," katanya.

Ia mengemukakan Jambore Petani Muda merupakan upaya konkret Petrokimia Gresik untuk menumbuhkan ketertarikan generasi milenial terhadap pertanian.

Selain mendukung upaya pemerintah meregenerasi petani, program ini juga ingin melahirkan pengusaha muda pertanian yang mampu memberikan dampak sosial atau agrosociopreneur di Indonesia.

Dalam kegiatan ini, berbagai ide kreatif generasi milenial di bidang pertanian yang berorientasi profit ditampung. Sebanyak 12 tim terbaik dari setiap PTN akan mendapat kesempatan memaparkan idenya secara langsung di hadapan dewan juri.
 
"Nanti tiga ide bisnis terbaik akan memperoleh dana untuk pengembangan bisnis dan mendapat mentoring khusus langsung dari pimpinan perusahaan di bidang pertanian dan agroindustri," katanya.

Dekan Pertanian UGM Jamhari mengatakan dunia pertanian Tanah Air menghadapi beragam persoalan. Salah satunya adalah minimnya minat generasi muda untuk terjun ke bidang pertanian, sehingga menjadi sebuah tantangan untuk mengajak generasi muda menekuni sektor ini.
 
Fakultas Pertanian UGM memiliki Agroenterpreunership Education Program (AEP), yakni program pendidikan kewirausahaan hasil kerja sama dengan Kagama Pertanian yang diharapkan dapat melahirkan banyak pelaku socioenterpreunership terutama di bidang pertanian.

"Saya berharap melalui Jambore Petani Muda ini dapat mendorong pengembangan agrosociopreneur generasi milenial," kata Jamhari.
 
Kepala Bidang Kelembagaan dan Ketenagaan Pendidikan BPPSDMP Kementerian Pertanian Inneke Kusumawati mengharapkan ke depan dapat tumbuh lebih banyak lagi petani muda yang terdidik.

Oleh karena itu, perguruan tinggi diharapkan dapat mencetak petani-petani milenial berkualitas yang akan berkontribusi dalam pembangunan pertanian di Tanah Air.

Menurut dia, untuk menarik minat generasi milenial ke pertanian bukan hal mudah, karena selama ini citra petani selalu diidentikkan dengan pekerjaan yang kurang menguntungkan.

"Oleh karena itu, penting untuk mengubah citra tersebut di mata generasi muda. Kita harus membuat citra petani itu keren," kata Inneke. 
 
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024